REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis menyambut baik adanya usulan agar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mendapatkan Nobel Perdamaian 2022-2023 di Norwegia. Karena menurut dia, kedua organisasi mederat tersebut telah turut andil bagi perdamaian Indonesia dan dunia.
“Saya pikir NU dan Muhammadiyah punya andil bagi perdamaian Indonesia dan dunia, dengan paham keagamaan yang wasathi (moderat),” ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (22/7/2022).
Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini menjelaskan, NU dan Muhammadiyah telah memenuhi cukup syarat untuk mendapatkan Nobel Perdamaian tersebut. Misalnya, sejarah telah mencatat bahwa NU turut melawan penjajah untuk mendapatkan kemerdekaan dan mewujudkan perdamaian di Indonesia.
“Secara organisasi, NU dan Muhammadiyah mempunyai cukup syarat untuk mendapatkan penghargaan. Karena, di NU kita kenal bagaimana kita melawan penjajahan, kemudian sekarang NU sudah jelas ada di mana-mana cabangnya,” ucap Kiai Cholil.
Kiai berdarah Madura ini mengatakan, selama ini NU juga turut berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian di negara-negara yang terlibat konflik, seperti di Afghanistan dan Palestina. “Termasuk berperan aktif dalam mendamaikan di Afghanistan, di situ juga ada peran NU dan juga di negara-negara konflik seperti di Palestina,” kata Kiai Cholil.
Seperti diketahui, sejak dulu NU memang tidak pernah berhenti mendukung kemerdekaan Palestina sebagai negara yang berdaulat. Hal ini ditandai dengan anjuran sang pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari untuk membaca Qunut Nazilah bagi Mujahidin Palestina. Hal tersebut tercatat dalam sebuah buku berjudul Palestina: dari Zaman ke Zaman terbitan PBNU
“Itu juga mulai dulu NU berperan, KH Hasyim Asy’ari melakukan dorongan bagaimana Palestina bisa menjadi merdeka dan damai,” jelas Kiai Cholil.