Rabu 22 Jun 2022 16:16 WIB

Akankah Pakistan Menjadi Negara Muslim Berikutnya Normalisasi Hubungan dengan Israel?

Kunjungan warga Pakistan ke Israel memicu pro kontra soal hubungan dengan Israel

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Bendera Pakistan. Kunjungan warga Pakistan ke Israel memicu pro kontra soal hubungan dengan Israel
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pada awal Juni 2022 lalu, sekelompok 15 orang Pakistan, terutama yang berasal dari Amerika Serikat mengunjungi Israel dalam perjalanan yang diselenggaraka Dewan Pemberdayaan Wanita Muslim dan Multiagama Amerika dan oleh Sharaka, sebuah organisasi non-pemerintah Israel yang didirikan oleh Kesepakatan Abraham untuk membina hubungan ke orang-orang antara Israel dan dunia arab.   

Kunjungan tersebut tidak menarik perhatian di Israel atau dunia Arab, tetapi perjalanan itu menyebabkan kemarahan yang signifikan di Pakistan. Salah satu peserta, Ahmed Qureshi yang acara bincang-bincangnya ditayangkan di kerja sama televisi Pakistan yang berafiliasi dengan pemerintah dipecat.

Baca Juga

Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Marriyum Aurangzeb melepas Qureshi setelah dihasut oleh Perdana Menteri Pakistan dan berbagai ancaman di media sosial. "Kebijakan Pakistan tentang Palestina sudah jelas," kata Aurangzeb seperti dikutip dari laman News Max, Selasa (21/6/2022). Israel dan Yahudi sangat tidak populer di Pakistan. 

"Kepercayaan umum tetapi tidak berdasar di antara banyak orang Pakistan adalah bahwa orang-orang Yahudi mengendalikan industri keuangan dan media dunia," kata seorang jurnalis Pakistan yang berbasis di London dan salah satu pendiri The Pakistan Daily and Migrant News, Azhar Salam yang mengamati situs berita Israel Haaretz pada 25 Mei.

Ia menambahkan, selama wawancara dengan CNN tahun lalu, mantan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menuduh bahwa Israel memiliki kantong dalam dan mereka mengendalikan media. 

Konsekuensi dari normalisasi dan prasangka yang terus menerus ini adalah bahwa banyak Muslim, paling tidak Pakistan menganggap bahwa orang Yahudi pantas mendapatkan kebencian dan penghinaan orang Pakistan. Mungkin lebih mudah untuk membenci karena kebencian memperkuat pendapat orang Pakistan.

Baca juga: Neom Megaproyek Ambisius Arab Saudi, Dirikan Bangunan Terbesar di Dunia

Ironisnya, perjalanan kontroversial oknum orang Pakistan ini bisa menjadi faktor yang berkontribusi terhadap normalisasi dengan Israel.

"Kabar baiknya, kita hari ini memiliki debat nasional pertama, kuat, dan kaya di Pakistan tentang membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Ini sangat besar," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement