Selama beberapa dekade, masjid-masjid Mesir, yang memiliki ruang sholat terpisah untuk wanita, hanya memiliki imam laki-laki. Namun hal ini berubah pada Februari 2017 dengan pengangkatan 144 imam wanita oleh Kementerian Wakaf.

Juga, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir, sebuah konvoi misionaris yang terdiri dari lima pengkhutbah wanita dikirim ke Sudan pada Januari tahun ini untuk menyebarkan pemikiran Islam moderat. Sebuah laporan yang dikeluarkan 23 Maret oleh Pusat Media Kabinet Mesir menunjukkan Mesir telah mencapai tingkat terbaiknya dalam 10 tahun mengenai kemajuan yang dicapai dalam pemberdayaan perempuan.

Persentase keterwakilan perempuan meningkat, mencapai 27,8 persen pada 2022 dengan 165 kursi, dibandingkan 14,9 persen pada 2016 dengan 89 kursi dan 1,8 persen pada 2012 dengan 9 kursi. Keterwakilan perempuan di peradilan meningkat, mencapai 3.115 hakim perempuan pada tahun 2022, dibandingkan dengan 2.130 hakim perempuan pada tahun 2014. Untuk pertama kalinya, 98 hakim perempuan diangkat ke Dewan Negara pada Maret.

“Dan sekarang mendirikan entitas perempuan untuk mengeluarkan fatwa terkait perempuan dianggap sebagai langkah penting lainnya untuk pemberdayaan perempuan di Mesir,” kata profesor studi Islam di Universitas Al-Azhar dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Mesir Amna Nosseir.

“Menerbitkan fatwa tidak terbatas pada pria. Wanita juga bisa membuktikan kesuksesan mereka di lapangan selama mereka memiliki pengalaman yang dibutuhkan untuk itu. Mereka harus mengetahui Alquran, sunnah dan hukum Islam, dan tidak boleh fanatik terhadap suatu hak tertentu. mereka harus mengambil sikap moderat. Islam menyerukan ini," katanya.

Nosseir menekankan para ulama yang menyampaikan fatwa harus terus dilatih dan dipersiapkan untuk isu-isu kontemporer baru dan masalah-masalah sosial yang muncul.

https://www.al-monitor.com/originals/2022/05/egypt-launches-first-womens-fatwa-councils

Ikuti Whatsapp Channel Republika