REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Kolaborasi dalam mendidik anak antara pesantren dan orangtua, menjadi keniscayaan demi tercapainya keberhasilan anak di masa mendatang. Sebaliknya, menisbatkan ke satu pihak saja, bisa menjadi jurang kegagalan.
Demikian tegas ustadz Mufidz, ketua Yayasan Pesantren Alquran dan Teknologi, Ar-Rasyid, Tulungagung, Jawa Timur, dalam acara wisuda tahfidz V, Ahad (29/5).
"Bentuk riill dari kolaborasi itu, orang tua mampu menjaga kebiasaan positif yang dibangun di pesantren. Mulai dari qiyamul lail, shalat jamaah, termasuk dalam menjaga keistikomahan menghafal dan me-muraja’ah Alquran," terangnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (31/5).
Tanpa langkah demikian, sambung ustadz murah senyum ini, maka apa yang telah dibangun di pesantren berpotensi akan rusak. Hilang semua hungga tak berbekas. "Tak ubahnya seorang wanita yang mengintal benang sedikit demi sedikit hingga menjadi kain, tapi kemudian kembali tercerai-berai," ujarnya mengambil ilustrasi dari surat an-Nahl ayat 92.
Karena itu, sambungnya, orang tua harus berperan aktif dalam mengawasi putri-putrinya, wabil khusus selama tinggal di rumah.
"Sudah tiba waktunya, kami kembalikan putri-putri Bapak Ibu. Amanah yang diberikan kepada pihak pesantren telah dilakukan sebaik-baik mungkin, dengan segala kelebihan dan kekurangannya," terang ustadz Mufidz
Acara wisuda tersebut diselenggarakan di gedung lantai tiga, Pesantren ar-Rasyid. Acara itu diikuti oleh pengurus yayasan, guru/pengasuh pesantren, santriwati, dan wali dari seluruh wisudawati. Di antara wisudawan ada yang telah berhasil menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz selama studi tiga tahun untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).