Kamis 19 May 2022 13:15 WIB

80 Persen Anak Perempuan Afghanistan Putus Sekolah

Taliban menutup sekolah menengah untuk anak perempuan sejak mereka merebut kekuasaan.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9). 80 Persen Anak Perempuan Afghanistan Putus Sekolah
Foto:

Diperkirakan hampir delapan juta anak usia sekolah membutuhkan dukungan untuk mengakses pendidikan saat ini di Afghanistan. Jumlah tersebut meningkat dari 2,6 juta dibandingkan tahun lalu.

Ketidakamanan, kemiskinan, tradisi budaya, infrastruktur yang buruk, materi pembelajaran yang tidak memadai dan kurangnya guru perempuan dan laki-laki yang berkualitas terus menjadi hambatan bagi anak-anak untuk mengakses pendidikan. Shukuria (28) berasal dari provinsi selatan Afghanistan dan menikah pada usia 17 tahun dengan seorang pria 35 tahun lebih tua darinya dan sekarang menjadi ibu dari lima anak. Suami Shukuria tidak bisa lagi bekerja dan putra sulungnya, yang berusia 12 tahun, bekerja di bengkel mobil untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.  

Dia tidak bersekolah sebagai seorang gadis dan tanpa pendidikan apapun, dia telah berjuang untuk mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi anak-anak dan suaminya. Pada usia 25, dia memutuskan mengenyam pendidikan dan sekarang didukung oleh kelas pendidikan anak perempuan Save the Children.

“Pendidikan adalah hal terpenting dalam hidup. Bagi anak-anak saya, saya berharap mereka belajar dan berkembang serta mewujudkan impian mereka. Bagi saya sendiri, saya berharap menjadi guru yang baik dan melayani siswa di masyarakat ini,” kata Shukuria.

Pada Maret, peraih Nobel Malala Yousafzai mengatakan pada pertemuan para politisi internasional dan pemimpin bisnis bahwa larangan tersebut akan lebih sulit untuk ditegakkan daripada selama periode pertama Taliban berkuasa.

"Saya pikir jauh lebih mudah bagi Taliban (untuk menegakkan) larangan pendidikan anak perempuan pada 1996," kata Yousafzai, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2014 atas perjuangannya untuk hak semua anak atas pendidikan.

“Kali ini akan jauh lebih sulit, karena perempuan telah melihat apa artinya dididik, apa artinya diberdayakan. Kali ini akan jauh lebih sulit bagi Taliban untuk mempertahankan larangan pendidikan anak perempuan,” tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement