Senin 09 May 2022 00:30 WIB

Politikus Hindu Nasionalis India Desak Masjid Kecilkan Volume Adzan

Suara adzan diminta politikus Hindu India dikecilkan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
 Politikus Hindu Nasionalis India Desak Masjid Kecilkan Volume Adzan. Foto:  Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Politikus Hindu Nasionalis India Desak Masjid Kecilkan Volume Adzan. Foto: Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Politisi Hindu nasionalis telah menyerukan kepada seluruh masjid di India untuk mengecilkan volume adzan. Seorang politisi dari partai Hindu nasionalis menilai suara adzan yang dikumandangkan lima kali sehari terlalu bising, sehingga perlu dikecilkan. 

“Volume adzan telah menjadi masalah politik, tetapi saya tidak ingin itu menjadi masalah komunal,” kata imam Masjid Juma yang merupakan masjid terbesar di Mumbai, Mohammed Ashfaq Kazi.

Baca Juga

Kazi merupakan salah satu cendekiawan Islam paling berpengaruh di Mumbai. Kazi dan tiga ulama senior lainnya dari Maharashtra, mengatakan, lebih dari 900 masjid di Mumbai telah setuju untuk mengecilkan volume azan menyusul keluhan dari seorang politisi Hindu setempat.

Pemimpin partai Hindu regional, Raj Thackeray, pada April menuntut agar masjid dan tempat ibadah lainnya berada dalam batas kebisingan yang diizinkan. Jika mereka tidak mematuhi aturan, Thackeray dan para pengikutnya akan melantunkan doa Hindu di luar masjid sebagai bentuk protes. Partai Thackeray hanya memiliki satu kursi di majelis negara bagian yang beranggotakan 288 orang. Thackeray bersikeras agar putusan pengadilan tentang tingkat kebisingan ditegakkan.

 "Jika agama adalah urusan pribadi, lalu mengapa umat Islam diizinkan menggunakan pengeras suara selama 365 hari (dalam setahun)?. Saudara, saudari, dan ibu saya yang beragama Hindu datang bersama-sama; bersatulah dalam menurunkan pengeras suara ini," ujar Thackeray.

Para pemimpin Muslim India melihat langkah tersebut merupakan upaya umat Hindu garis keras untuk merusak hak umat Islam atas kebebasan beribadah dan ekspresi keagamaan. Langkah ini diduga telah mencapai kesepakatan secara diam-diam dari Partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa.

BJP tidak menanggapi permintaan komentar atas inisiatif Thackeray. BJP menyangkal telah menargetkan minoritas, dan menginginkan perubahan progresif yang menguntungkan semua warga India.

Kazi mengatakan, dia memenuhi tuntutan Thackeray untuk mengurangi risiko kekerasan antara Muslim dan Hindu. Bentrokan berdarah telah meletus secara sporadis di seluruh India sejak kemerdekaan. Insiden paling baru terjadi pada 2020 ketika puluhan orang yang sebagian besar merupakan Muslim, tewas di Delhi. Mereka tewas dalam aksi protes terhadap undang-undang kewarganegaraan yang mendiskriminasi umat Muslim. Sementara para pemimpin Hindu garis keras berusaha untuk melemahkan Islam, 

"Kami (umat Muslim) harus menjaga ketenangan," ujar Kazi.

Awal Mei, pejabat senior polisi bertemu dengan para pemimpin agama termasuk Kazi untuk memastikan agar mikrofon di tempat ibadah mereka dimatikan. Polisi khawatir akan terjadi bentrokan di Maharashtra, yang merupakan rumah bagi lebih dari 10 juta Muslim dan 70 juta Hindu.

Pada Sabtu (7/5), polisi mengajukan kasus pidana terhadap dua pria di Mumbai karena menggunakan pengeras suara untuk melantunkan adzan subuh. Polisi juga memperingatkan para anggota partai Thackeray agar tidak berkumpul di sekitar masjid.  

"Dalam situasi apa pun kami tidak akan membiarkan siapa pun menciptakan ketegangan komunal di negara bagian dan perintah pengadilan harus dihormati," kata seorang pejabat polisi senior Mumbai, V.N.  Patil.

Seorang pejabat senior partai Thackeray, Kirtikumar Shinde, mengatakan, seruan untuk mengurangi kebisingan tidak hanya menyasar umat Islam saja. Tetapi bertujuan untuk mengurangi "polusi suara" yang diciptakan oleh semua tempat ibadah.

"Partai kami tidak menenangkan komunitas minoritas," kata Shinde.

Politisi BJP di tiga negara bagian meminta polisi setempat untuk meniadakan atau membatasi penggunaan pengeras suara di tempat-tempat ibadah. Wakil kepala menteri negara bagian Uttar Pradesh, mengatakan, lebih dari 60 ribu pengeras suara telah disingkirkan dari masjid-masjid dan kuil-kuil.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement