REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bulan suci Ramadhan sangat erat kaitannya dengan kitab suci Alquran. Bulan suci Ramadhan menjadi sinyal kuat bahwa Ramadhan benar-benar waktu istimewa, sehingga ia pantas menjadi waktu tadarus Alquran.
Orang-orang terdahulu memiliki perhatian luar biasa kepada bulan Ramadhan ini. Perhatian mereka ditunjukkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Disebutkan bahwa para shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in selama enam bulan pertama memanjatkan doa kepada Allah agar mereka disampaikan di bulan Ramadhan. Kemudian di enam bulan setelahnya mereka berdoa agar mereka dipertemukan dengan bulan mulia ini.
Perang Badar juga terjadi pada 13 Maret 624 M (17 Ramadhan H). Terjadi pada tahun hijriah kedua dan tahun pertama umat Islam diwajibkan berpuasa Ramadhan. Peristiwa tersebut juga menjadi sebuah kemenangan kaum muslimin di bulan Ramadhan. Dan diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa malam Qadar itu adalah malam yang siangnya terjadi Perang Badar, berdasarkan firman Allah SWT :
نْ كُنْتُم آمَنْتُمْ باِللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ
“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.” (QS. Al-Anfal : 41).
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran.” (QS. Al-Baqarah : 185)
Alquran adalah kalamullah (perkataan Allah ‘Azza wa Jalla) yang hanya diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kitab suci ini merupakan penyempurna ajaran kitab-kitab sebelumnya. Kandungan Alquran secara garis besar meliputi akidah, ilmu tauhid, syariat, ibadah, muamalah, akhlak, hukum, kisah para nabi, kisah umat terdahulu, nasihat, dan isyarat pengetahuan dan teknologi.
Selaku umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita wajib mengimani dan meyakini bahwa isi kandungan Alquran adalah kebenaran. Dan itulah yang akan mengantarkan kita kepada marifatullah/kedekatan kita dengan Allah SWT. Bukan hanya membaca, tapi juga mengamalkan isi Alquran.
‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa dan Alquran akan datang pada hari kiamat untuk mensyafaati hamba. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makanan dan minuman di siang hari, oleh karena itu izinkanlah aku memberinya syafaat.’ Alquran berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya tidur malam, oleh sebab itu berilah aku izin untuk memberinya syafaat.’ Maka keduanya pun memberi syafaat” (HR Ahmad, Ibnu Abid Dun-ya, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, yang artinya: “Carilah malam Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhari Muslim). Rasulullah SAW pernah ditanya tentang Lailatul Qadar, lalu beliau menjawab, “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan” (HR. Bukhari).
Keterangan Ibnu Katsir menyebutkan, Alquran diturunkan secara spontan di Baitul ‘Izzah yang berada di langit bumi. Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan di lailatul qadar, berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Kami telah menurunkannya di lailatul qadar,” juga pernyataan-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya di malam yang penuh keberkahan.” Kemudian setelah itu turun berangsur-angsur berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialami Rasulullah SAW.”
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ مباركة
Artinya: “Sesungguhnya Kami turunkan Alquran pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan : 3)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami turunkan Alquran pada malam Qadar.” (QS. Al-Qadr : 1)
Ada 2 tahapan turunnya Alquran. Pertama, Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah dalam bentuk kitab utuh, tahap ini diturunkan pada malam Lailatul Qadar dan hanya Allah Azza Wa Jalla yang mengetahui kapan tepatnya. Kedua, Alquran diturunkan secara bertahap dari Baitul Izzah ke dunia kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril yakni dengan Surat Al-Alaq ayat 1-5 saat Rasulullah sedang menyendiri di Gua Hira.
Turunnya Alquran periode pertama memang benar terjadinya di bulan Ramadhan, namun tanpa data kapan tanggal dan tahunnya. Hanya Allah SWT saja yang tahu tanggal dan tahunnya. Yang jelas terjadinya bukan di masa Rasulullah SAW, tetapi jauh sebelum itu. Malam inilah yang selama ini kita maksud dengan Lailatul-Qadar, di mana tanggalnya tidak pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW secara pasti.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
وَ نُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَ رَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لَا يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan Alquran (Sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zhalim hanya akan menambah kerugian.” (QS Al-Isra’ : 82)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Namun alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR At-Tirmidzi).
Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salla-, keluarga, sahabat, dan semua orang yang senantiasa menghidupkan ajaran beliau hingga hari akhir.