REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thariqah Syadziliyah wa Qadiriyah menggelar kegiatan suluk di Villa Zawiyah Arraudhah, kaki Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat (22/4) sore WIB hingga Jumat (29/4) pagi WIB atau 21-27 Ramadhan 1443 Hijriyah. Kegiatan suluk di pengujung Ramadhan dibimbing langsung oleh Khadim Zawiyah Arraudhah, KH Muhammad Danial Nafis.
Dalam kegiatan tersebut peserta suluk diberikan amalan untuk melafalkan tahlil sebanyak 100 ribu kali dalam satu kali duduk. Kalimat tahlil dengan lafal laa ilaha illa Allah memiliki keutamaan yang sangat banyak bahkan kalimat tersebut merupakan kalimat yang paling baik.
Kiai Nafis yang juga mudir Markas Al-Jailani Asia Tenggara menyampaikan, tujuan suluk dengan membaca tahlil sebanyak 100 ribu kali untuk menghidupkan hati serta merasakan kehadiran Allah Swt. "Tujuan suluk tahlil 100 ribu adalah untuk menghidupkan hati, sehingga akhirnya bisa merasakan kehadiran Allah Swt, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-Nya," katanya menjelaskan kepada Jamaah Suluk dalam siaran di Jakarta, Kamis (28/4/2022).
Selain itu, kata Kiai Nafis, kalimat tahlil merupakan kalimat thayyibah yang telah disinggung oleh Allah Swt dalam surat Ibrahim ayat 24. "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit," ucapnya membacakan terjemahan ayat.
"Kalimat tahlil ibarat pohon yang rindang dan kuat akarnya, yang bisa untuk berteduh (membuat nyaman) orang di sekitarnya, begitu pun orang yang sudah merasuk kalimat tahlilnya ke badan, anggota tubuh dan aliran darahnya maka ia bisa menjadi tempat berteduh yang membuat orang di sekelilingnya," ujar Kiai Nafis menambahkan.
Kiai Nafis juga memberikan nasihat kepada peserta bahwa hidup ini adalah tempat cobaan. Setiap manusia diuji mana yang terbaik amalnya. "Sabar bukan hanya ditimpa musibah saja, tapi kita belajar bagaimana sabar dalam sholat, sabar dalam puasa, dan sabar dalam wirid. Karena semua hakikatnya adalah ujian dari Allah," ujarnya.
Menurut dia, pujian dan cacian tak akan mempengaruhi kejiwaan atau keadaan psikologis seseorang. "Jika kau yakini semua pujian dan cacian murni ujian dari Allah, kamu yang dipuji di hari ini belum tentu bisa menjadi terbaik di hari esok. Begitu pun kamu yang sedang dicaci dan dihinakan manusia di hari ini, belum tentu kamu akan terpuruk di hari esok," jelas Kiai Nafis.
Selain itu, Kiai Nafis mengajak peserta untuk mulai belajar beradab dengan Allah (mutaaddiban). Pertama, mulai dari segi pakaian (bisa membedakan mana yang layak untuk menghadapnya), memakai wangi-wangian, menghayati makna dari ayat yang dibaca.
Thorioqoh Qodiriyah wa Syadziliyah menggelar kegiatan rutin di setiap akhir ramadhan. Para jamaah melakukan itikaf, membaca tahlil sebanyak 100 ribu kali, melakukan ibadah qiyamul lail dengan khotmul quran, hingga melakukan khidmah kepada fakir miskin dengan berbagi peket kebaikan bersama Lembaga Amil Zakat Arraudhah.