REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Umum Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MEK-PPM), Herry Zudianto, meminta kepada Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) untuk terus menggelorakan semangat entrepreneurship di seluruh jaringan Persyarikatan. Hal ini sangat penting agar pilar ketiga (ekonomi) Muhammadiyah bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana amanat Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Hal ini disampaikan saat memberikan keynote speaker di acara Safari Bisnis JSM Jelang Muktamar Muhammadiyah ke-48 dengan tema: Meneguhkan Pilar ketiga Bidang Ekonomi Dalam Rangka Closed Loop Economiy Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Semarang, Ahad (24/4).
Lebih lanjut, Ketum MEK-PPM mengakui, untuk menumbuhkan pilar ketiga di Muhammadiyah atau entrepreneurship tak bisa berjalan secara instan. Perlu proses yang panjang yang harus dilalui dengan istiqamah dan selalu belajar seperti halnya yang dilakukan para entrepreneur yang sukses selama ini.
“Maka saya berharap dengan adanya JSM dan program Muhammadiyah Business Center (MBC) sebagai media strategis dalam menggerakkan semangat entrepreneurship di Persyarikatan, khususnya para generasi muda,” ucap Herry.
Sementara, Ketua Umum Pimpinan Pusat JSM, Bambang Wijoyanto menyambut baik arahan dari Ketum MEK-PPM tersebut, untuk mengembangkan potensi ekonomi Muhammadiyah dan nasional. Selama ini JSM telah berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM), Badan Usaha Milik Nasional (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). “Dengan berkolaborasi tersebut minimal memberikan motivasi semangat entrepreneurship di ekosistem Persyarikatan,” ujarnya.
Keberadaan MBC yang dikembangkan oleh JSM di tahun ini, kata Bambang, sebagai wujud bukti konkret dari kolaborasi berbagai pihak dalam berinovasi dalam mengembangkan pilar ketiga Muhammadiyah. Meskipun selama dua tahun sempat terhenti dengan adanya pandemi Covid – 19.
Closed loop economy
Potensi ekonomi Muhammadiyah sangat besar jika dioptimalkan dengan baik. Studi kasus di DKI Jakarta dan sekitarnya yang dipaparkan oleh Dosen Institut Teknologi Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta, Syafrudin Anhar, menyebutkan kontribusi Persyarikatan dalam perputaran uang di DKI Jakarta mencapai Rp 2 triliun.
Besarnya potensi ekonomi tersebut, menurut mantan Ketum MEK-PPM itu sayangnya belum termanfaatkan dalam closed loop economy Muhammadiyah secara maksimal. Padahal jika itu dikreasikan bersama, semua aktivitas ekonomi bisnis itu bisa bermanfaat untuk pengembangan ekonomi di Muhammadiyah.
Caranya, kata Syafrudin, pertama, simpan uang dilembaga keuangan Muhammadiyah sendiri seperti di Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), BPRS Muhammadiyah dan lembaga keuangan di Persyarikatan. Kedua, mengerjakan atau menyediakan sendiri aktivitas belanja Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti Perguruan Tinggi Muhammadiyah memiliki unit usaha dalam bentuk perseroan terbatas dan CV.
Ketiga, aset cair berputar di kalangan sendiri sehingga terjadi pemupukan aset terjadi secara mandiri.
“Dengan demikian untuk menumbuhkan semangat pilar ketiga Muhammadiyah bukan hanya dari sisi pembangunan entrepreneur saja, akan tetapi membangun integrasi closed loop economy di Muhammadiyah juga tak kalah pentingnya,”tandas Syafrudin Anhar.