Kamis 21 Apr 2022 19:50 WIB

Serangan Biadab Zionis Israel Terhadap Al-Aqsa dan Semangat Juang Muslim Palestina

Umat Islam Palestina bertahan untuk menjaga kesucian Masjid Al Aqsa

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Palestina menembakkan kembang api ke arah polisi Israel di Kota Tua Yerusalem, Ahad, 17 April 2022. Polisi Israel bentrok dengan warga Palestina di luar Masjid Al Aqsa setelah polisi membersihkan warga Palestina dari kompleks yang luas untuk memfasilitasi kunjungan rutin orang-orang Yahudi ke tempat suci dan menuduh warga Palestina menimbun batu untuk mengantisipasi kekerasan.
Foto:

Serangan dimulai pada 1967, segera setelah Yordania mulai melayani sebagai penjaga situs. Pada tahun yang sama, Jenderal Mordechai Gur, wakil menteri pertahanan Israel, merebut Bukit Bait Suci Yerusalem untuk Israel.  

Pada hari ketiga Perang 1967, Gur mengibarkan bendera Israel dari Kubah Batu, membakar salinan Al qur'an dan melarang jamaah shalat di masjid.

Pada tahun 2000, pasukan keamanan Israel membunuh dan melukai puluhan jamaah di Masjid Al Aqsa setelah Ariel Sharon, seorang jenderal Israel yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel ke-11 dari Maret 2001 hingga April 2006, menyerbu Masjid Al Aqsa disertai dengan kehadiran keamanan yang ketat.  

Ini memicu Intifada (pemberontakan) Kedua, pemberontakan selama lima tahun yang menewaskan ribuan orang Palestina. Setelah Intifada kedua, Israel mencabut otoritas eksklusif Wakaf untuk mengatur akses jamaah Muslim dan pengunjung non-Muslim. 

Sejak itu, serangan Israel dimulai setiap hari dalam bentuk tur yang dilindungi oleh polisi. Pada 2017, warga Palestina mengadakan Hari Kemarahan di luar masjid ketika mereka dilarang salat di dalam untuk kedua kalinya.  

Sedikitnya empat orang meninggal dunia dalam bentrokan tersebut. Pada tahun yang sama, Israel melepaskan detektor logam dari gerbang masjid setelah kemarahan dari umat Islam di seluruh dunia terhadap bentrokan itu. Namun, kamera CCTV tetap berada di kompleks, melanggar status quo.  

Sumber: Motif Tentara Mongol Eksekusi Khalifah Terakhir Abbasiyah dengan Dilindas Kuda

Palestina mengatakan serangan Israel dimaksudkan untuk membagi masjid antara Muslim dan Yahudi, mirip dengan pembagian Masjid Ibrahimi di Hebron pada 1990-an. 

Untuk mengakhiri serangan Israel, orang-orang Palestina secara teratur mengorganisiasi dan melakukan Ribat, sebuah kegiatan di masjid dengan duduk berjam-jam dan berhari-hari untuk mencegah orang Israel memasukinya.  

Departemen Wakaf Islam di Yerusalem mengatakan pada Ahad,  (17/4) lebih dari 700 pemukim Israel memaksa masuk ke kompleks untuk merayakan liburan Paskah Yahudi selama sepekan. Satu hari setelahnta, 561 pemukim menyerbu lokasi di bawah perlindungan ketat polisi.

 

 

Sumber: trtworld 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement