Macron dinilai lebih meyakinkan oleh 59 persen pemirsa, menurut jajak pendapat singkat dari 650 orang dewasa oleh Elabe untuk BFMTV. Sekitar 39 persen mengatakan Le Pen lebih meyakinkan.
Dengan hanya empat hari tersisa sampai Prancis memutuskan antara dua visi yang sangat berbeda untuk masa depan mereka, jajak pendapat menunjukkan masih banyak pemilih ragu-ragu. Kedua kandidat menargetkan pendukung kandidat sayap kiri, Jean-Luc Melenchon, yang selesai tepat di belakang. Le Pen di putaran pertama dengan 7,7 juta suara.
Sekelompok pendukung Melenchon berkumpul di sebuah bar di pinggiran kota Paris untuk mengikuti debat yang berlangsung selama hampir tiga jam. “Debat ini akan membuat frustrasi sebagian besar orang Prancis yang belum memilih Macron atau Le Pen. Tapi ini momen penting dalam politik Prancis,” kata Alexis Corbiere, seorang anggota parlemen dari partai sayap kiri Melenchon.
Debat presiden telah menjadi acara rutin di Prancis sejak 1974 dan diikuti secara luas, bahkan oleh mereka yang tidak tertarik pada politik. Sekitar 16,5 juta pemirsa menonton dalam lima tahun lalu.
Debat dulu hanya disiarkan di TV, media sosial telah memberi mereka relevansi baru, dan pengamat mengatakan yang paling penting adalah kutipan singkat yang dibagikan di antara teman-teman. Bahkan sebelum acara berakhir, meme di media sosial mengolok-olok Macron yang memandang Le Pen dengan jijik dan Le Pen berulang kali menjawab “ini salah” atas serangan Macron.
Para pendukung Melenchon tertawa ketika Le Pen mengatakan dia akan menjadi presiden persaudaraan, harmoni dan perdamaian sipil. Mereka tampak bosan dengan diskusi lima menit tentang pinjaman Rusia untuk gerakan Le Pen.
“Anda bergantung pada kekuatan Rusia dan Anda bergantung pada Tuan Putin,” kata Macron, menambahkan bahwa simpati Le Pen yang pro-Rusia tercermin dalam posisi kebijakannya.