Pada bulan Ramadhan, situasi menjadi rumit karena keluarga membutuhkan lebih banyak uang untuk memberi makan anggota mereka. “Saya biasa memberi makan sekitar 130 keluarga sehari di Gaza,” kata al-Hattab.
“Saya di sini bukan untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang ditimbulkan oleh para politikus, tetapi membantu memulihkan persatuan sosial kita,” katanya, seraya menambahkan rakyat Palestina hanya dapat bertahan melalui kondisi sulit ini dengan bersatu.
"Selama bertahun-tahun, Gaza adalah koridor komersial karena para pedagang biasa berhenti di sini dan beristirahat selama perjalanan. Penduduk asli biasa membuat makanan untuk memberi makan orang yang lewat," kata seorang lelaki tua, yang duduk di kursi tidak jauh dari pot sup, memberi tahu sekelompok pemuda yang berkumpul di sekitarnya untuk mendengarkan kata-katanya.
Samira Ahmed (14 tahun) sedang menunggu gilirannya dalam antrean untuk mendapatkan sup untuk keluarganya. Dia mengatakan keluarganya yang miskin tidak dapat menemukan makanan hampir setiap hari dan tidak hanya selama bulan suci Ramadhan.
"Saya dan keluarga saya tidak makan daging, jadi saya datang ke sini untuk mengambil sup dan membiarkan adik laki-laki saya makan daging serta membagikannya kepada anak-anak lain," katanya.