Rabu 16 Mar 2022 14:58 WIB

Stunting di di NTT Jadi Perhatian Serius PP Muslimat NU

Lima kabupaten di NTT masuk dalam prevalensi 10 daerah dengan angka stunting tinggi.

Seorang ibu mengendong untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di desa Bokong, Kabupaten Kupang, NTT, Kamis (2/12/2021). Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan dan penanganan stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, tren prosentasi balita stunting di NTT tahun 2018-2020 konsisten menurun dari 35,4 persen pada tahun 2018, menjadi 30,3 persen pada 2019, dan tahun 2020 menjadi 28,2 persen dari total 95 ribuan anak. Stunting di di NTT Jadi Perhatian Serius PP Muslimat NU
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha/foc.
Seorang ibu mengendong untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di desa Bokong, Kabupaten Kupang, NTT, Kamis (2/12/2021). Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan dan penanganan stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, tren prosentasi balita stunting di NTT tahun 2018-2020 konsisten menurun dari 35,4 persen pada tahun 2018, menjadi 30,3 persen pada 2019, dan tahun 2020 menjadi 28,2 persen dari total 95 ribuan anak. Stunting di di NTT Jadi Perhatian Serius PP Muslimat NU

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) mengatakan penanganan stunting atau kekerdilan di Nusa Tenggara Timur menjadi perhatian serius semua pihak, termasuk NU.

"Kita memang di NU sendiri tidak hanya konsen di bidang agama saja, tetapi juga di bidang pendidikan dan salah satunya kesehatan sehingga kami merasa bahwa stunting ini perlu ditangani bersama," kata Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara, Rabu (16/3/2022).

Baca Juga

Hal ini disampaikannya disela-sela diskusi edukasi gizi dan pencarian fakta penggunaan kental manis sebagai minuman Balita di Masyarakat. PP Muslimat NU ingin turun mengentaskan masalah stunting di NTT ini karena memang masalah stunting secara nasional menjadi perhatian pemerintah.

"Tema yang diangkat berkaitan dengan kental manis ini karena memang berdasarkan data yang diperoleh dari YAICI itu, salah satu penyebab stunting beberapa daerah di Indonesia ini karena si anak mengonsumsi kental manis yang sebenarnya tidak cocok buat anak-anak, apa lagi balita," ujar dia.

Erna menjelaskan diskusi bersama yang melibatkan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) serta ahli gizi dari Kota Kupang nantinya akan mendapatkan solusi untuk penanganan stunting di NTT. Ia menambahkan berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dari laporan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 15 Kabupaten di NTT berkategori zona merah masalah stunting.

Lima kabupaten di NTT masuk dalam prevalensi 10 daerah dengan angka kekerdilan atau stunting tertinggi dari 246 Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting di Indonesia. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), lima kabupaten tersebut antara lain Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur. Bahkan Kabupaten Timor Tengah Utara menempati urutan kedua yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia karena berada di atas 46 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement