Kiai Suhaili mengingatkan, sekarang di era media sosial dan di momen bulan Syaban, umat Islam harus bisa menjaga diri agar tidak gegabah, tidak menyebarkan hoaks atau fitnah, serta menjaga lisannya. Sekarang juga saatnya bagi para pemimpin untuk memperbaiki kebijakan yang kurang baik, dan memperbaiki diri menjadi pemimpin yang lebih baik. Di dalam keluarga, orang tua dan anak-anak juga harus saling memperbaiki diri.
"Kalau hal-hal yang baik ini sudah mulai dilakukan sejak Syaban, maka Insya Allah kita semuanya akan memanen tanaman kebaikan di bulan Ramadhan, sehingga menjalankan kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan tidak susah," ujarnya.
Ketua Umum Ikatan Da'i Indonesia ini menjelaskan mengapa Nabi Muhammad SAW banyak puasa di bulan Syaban. Dalam hadist dikatakan bahwa bulan Syaban adalah bulan diangkatnya catatan amal manusia kepada Allah.
Oleh karena itu bulan Rajab dan Syaban sudah menjadi bagian dari start atau awal mempersiapkan diri menyambut Ramadhan. Makanya golongan umat terbaik berdoa sejak bulan Rajab agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan.
Kiai Suhaili mengatakan, kalau melihat semangat generasi terbaik umat Islam yang mampu membangun peradaban umat Islam mencapai masa keemasan, mereka adalah umat yang sejak Rajab dan Syaban sudah mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan.
"Artinya, bagi mereka yang ingin meraih derajat takwa yang tinggi, Ramadhan bukan dimulai sejak satu Ramadhan tapi sesungguhnya mereka sudah me-Ramadhankan sejak bulan Rajab dan Syaban, jadi sudah me-Ramadhankan dirinya, amalnya, ucapannya sejak Rajab dan Syaban," jelasnya.