REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar acara Peringatan Harlah ke-99 NU di Jakabaring Sport City, Kota Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (4/3/2022) malam.
Harlah NU yang digelar di ibu kota Kerajaan Sriwijaya ini mengangkat tema “Merawat Jagat, Membangun Peradaban: Lestari Alamnya, Sejahtera Petaninya”.
Acara ini dihadiri langsung oleh Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, serta dihadiri PWNU dan PCNU se-Pulau Sumatra.
Selain itu, hadir pula sejumlah pejabat negara, seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Gubernur Suamtera Selatan Herman Deru.
Dalam sambutannya, KH Cholil Staquf, menyampaikan bahwa Palembang dipilih sebagai salah satu titik pelaksanaan Harlah NU, karena Palembang adalah Sriwijaya. Menurut dia, Sriwijaya adalah eksperimen peradaban berskala nusantara yang paling tua tercatat dalam sejarah.
Karena itu, Gus Yahya mengajak kepada seluruh nahdliyin di Sumatra untuk belajar pada pengalaman Kerajaan Sriwijaya.
“Kita butuh menengok kembali, belajar kembali menghayati pengalaman Sriwijaya pada saat kita mebulatkan tekad untuk berjuang mewujudkan peradaban yang lebih mulia,” ujar Gus Yahya.
Dia menuturkan, Sriwijaya merupakan perabadan besar yang mampu bertahan tidak kurang dari tujuh abad, seejak abad ke-7 kelahirannya sampai abad ke-14.
“Kalau kita belajar dari suksesnya Sriwijaya dalam menegakkan peradabannya, kita bisa melihat bahwa etos fundamental dari Sriwijaya adalah di antara yang lain, terutama keluwesan dan keuletan,” ucap dia.
Dengan keluwsan dan keuletan itulah, kata dia, Sriwijaya berhasil mengarungi sejarah yang begitu panjang di tegah-tengah dinamika sejarah yang tidak kalah intens dari apa yang terjadi sekarang ini. Yang mana sedang terjadi persaingan sengit dengan peradaban besar lainnya, seperti China dan India.
Baca juga: Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran
“Tapi Sriwajaya mampu bertahan karena luwes, mampu menyesuaikan diri secara rasional dan realistis terhadap perkembangan keadaan,” kata Gus Yahya.
Di samping itu, lanjut dia, Kerajaan Sriwijaya juga ulet, tidak kenal lelah, dan tidak kenal putus asa di dalam mengejar apa yang menjadi cita-cita peradabannya, yaitu mempersatuakan nusantara ini.
“Ini pelajaran penting bagi kita semua, karena kita ini sedang memasuki masa-masa yang penuh dengan badai sejarah,” jelas dia.