Kamis 03 Mar 2022 20:07 WIB

Syaban, Bulan Penuh Keutamaan tapi Dilalaikan

Selama setahun, amalan para hamba dibangkitkan hanya pada bulan Syaban.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Bulan Syahabn (ilustrasi).  Selama setahun, amalan para hamba dibangkitkan hanya pada bulan Syaban.
Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan
Bulan Syahabn (ilustrasi). Selama setahun, amalan para hamba dibangkitkan hanya pada bulan Syaban.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hadits yang cukup masyhur, Aisyah RA berkata, "Rasulullah SAW berpuasa sehingga kami berkata beliau tidak berbuka, dan beliau senantiasa berbuka sehingga kami berkata beliau tidak berpuasa. Maka aku tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak melihat puasa beliau yang lebih banyak (dari Ramadhan) selain puasa bulan Syaban." (HR Bukhari)

Karena itu, terdapat kekhususan bagi setiap Muslim untuk melaksanakan puasa di bulan Syaban. Sebab di balik itu, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, "Ini (bulan Syaban) adalah bulan di mana segala perbuatan diangkat kepada Allah SWT."

Baca Juga

Selama setahun, amalan para hamba dibangkitkan hanya pada bulan Syaban. Setiap pekannya, amalan para hamba diangkat pada hari Senin dan Kamis. Imam Syaukani menjelaskan, hikmah berpuasa di bulan Syaban adalah karena puasa yang dilakukan di bulan Syaban tersambung dengan puasa wajib di bulan suci Ramadhan.

Namun, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW menyadari, banyak orang yang melalaikan keutamaan bulan Syaban. Suatu ketika, Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi SAW tentang mengapa beliau SAW tidak pernah berpuasa sunnah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Syaban.

Kemudian Nabi SAW bersabda, "Bulan Syaban merupakan bulan di mana manusia melalaikannya (dari amal sholeh) antara bulan Rajab dan Ramadhan. Padahal Syaban adalah bulan diangkatnya amalan kebajikan kepada Rabb semesta alam. Aku cinta amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa." (HR An-Nasai dan Abu Dawud)

Mengerjakan amal sholeh di waktu-waktu yang lalai memang sulit bagi jiwa seorang Muslim. Sebab, pada masa pra-Islam saja, orang-orang jahiliyah kala itu menaruh perhatian pada bulan Rajab, bulan yang haram di mana orang-orang Arab dilarang untuk melakukan peperangan.

Akibatnya, setelah melewati bulan Rajab, mereka hanya menghabiskan sisa-sisa bulan dalam setahun. Selain itu, di kalangan umat Islam sendiri, mereka lebih menaruh perhatian pada bulan Alquran, yakni bulan Ramadhan. Dengan demikian, hadits di atas menunjukkan keutamaan bulan Syaban dan menghabiskan hari-hari di dalamnya dengan meningkatkan ibadah.

Apalagi, dengan melaksanakan puasa Syaban, maka puasa di bulan Ramadhan menjadi lebih mudah karena telah terbiasa sebelumnya. Dengan berpuasa Syaban, seorang Muslim menemukan manisnya dan nikmatnya puasa sehingga memasuki puasa Ramadhan dengan bergembira dan semangat.

Sumber: https://www.elbalad.news/5186134

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement