Dia merupakan satu-satunya kontestan Muslimah dengan hijab. Tapi saat ini, Aliya sekarang susah tidur dan sering menangis.
Jilbab memiliki peran yang lebih rumit dalam kehidupan wanita Muslimah dari sekedar sebagai penanda agama.
Wawancara dengan wanita dan gadis Muslim di berbagai tempat mengungkapkan bahwa alasan mereka mengenakan jilbab sangat berbeda.
Kadang-kadang ini adalah hasil dari pengkondisian sosial-budaya-agama tradisional yang dipaksakan oleh keluarga dan komunitas lokal.
Tetapi seringkali juga melibatkan banyak alasan lain misalnya, pemakaian jilbab terbukti meningkat setelah banyaknya kasus kekerasan komunal.
Jilbab dianggap baik sebagai alat pelindung dan seperti yang disebutkan beberapa remaja putri, suatu bentuk perlawanan yang dalam menghadapi permusuhan menjadi cara untuk menegaskan dan memperlihatkan identitas komunitas mereka.
Perlu dipahami bahwa banyak perempuan muda melihat hijab sebagai sesuatu yang memungkinkan dan secara sadar menggunakannya secara strategis sebagai alat untuk memudahkan akses mereka ke publik. Seperti untuk belajar, bekerja, bepergian dan bahkan mencari kesenangan.
Baca juga : Sikap Ulama India Soal Larangan Jilbab
Bahkan secara historis, jilbab telah digunakan atau dibuang tergantung pada kondisi yang ada. Kadang-kadang digunakan sebagai simbol perlawanan anti-kolonial, di lain waktu tidak digunakan lagi.
Ada juga yang bertujuan upaya untuk menegaskan modernitas, seperti yang dicatat Margot Badran dalam Feminists, Islam and Nation: Gender and the Making of Modern Egypt.
Demikian pula perempuan dari komunitas agama lain sering menggunakan perangkat lain untuk memaksimalkan akses mereka ke dunia di luar rumah mereka baik itu bindi, mangalsutra, dupatta, atau sari.
Baca juga: Kisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam
Jadi, bagaimana jika larangan ini tetap ada? Menurut Khan, ada kemungkinan bahwa beberapa wanita Muslimah yang mengenakan jilbab mungkin memilih untuk diam-diam melipatnya ke dalam tas mereka ketika mereka memasuki sekolah dan perguruan tinggi.
"Di sisi lain, orang lain mungkin terpaksa keluar dari sistem pendidikan atau melanjutkan pendidikan tinggi di lembaga-lembaga yang dikelola Muslim," ujar Khan.
Dia mengatakan ini berarti bahwa mereka tidak hanya akan kehilangan kesempatan untuk berteman lintas agama (dan siswa non-Muslim akan kehilangan kesempatan yang sama untuk berteman dengan mereka).
"Mereka juga akan kehilangan kesempatan untuk belajar berinteraksi dengan arus utama masyarakat dan institusi," tambahnya.