Selasa 22 Feb 2022 18:52 WIB

Moderasi Beragama dari Arus Bawah, Catatan Muktamar XXII DDI

DDI menggelar Muktamar XXII di Samarinda kuatkan moderasi Islam

Umat Islam Ilustrasi. DDI menggelar Muktamar XXII di Samarinda kuatkan moderasi Islam
Foto:

Oleh : Dr Syahrullah Iskandar, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat

Selain adab, tradisi keilmuan ala pesantren juga tergolong “sufficient condition” yang harus dilestarikan untuk menangkal merebaknya pemahaman keislaman yang berbau neo-khawarij. 

Atas nama agama, kultur baik yang bersanding dengan agama terus digugat yang bermuara pada disintegrasi sosial di akar rumput.

Dunia maya dibanjiri ujaran kebencian dengan narasi yang menghanyutkan pembaca awam. Mata rantai intelektualisme keislaman yang diwariskan ulama hendak diputus dengan jargon yang terkesan paling agamis dan benar. 

Kesertaan warga pesantren menjelajahi dunia digital menjadi sebuah keniscayaan untuk menampilkan sajian berbasis pesantren dengan kemasan yang menarik dan kekinian. 

Keaktifan santri memanfaatkan peluang digital adalah garansi menghindari kekhawatiran di atas. Atas dasar itu, diperlukan upaya terencana dan sistematis menggeser dunia digital ke dalam kategori “sufficient condition”. Kebanggaan akan tradisi pesantren harus dibarengi dengan kepiawaian membumikan tradisi keilmuan pesantren di tengah masyarakat dengan kemasan yang memikat.

Telaah karya lokal  

Internalisasi nilai lokalitas di era global juga menjadi sebuah concern yang harus diseriusi oleh dunia pesantren. Slogan “think globally, act locally” dapat dibumikan dengan internalisasi historitas berdirinya pesantren.

Dalam konteks DDI, sosok AGH Abdurrahman Ambo Dalle adalah pelaku sejarah yang selalu merajut harmoni sosial di mana dia berada. 

Baca jugaKisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam

Keilmuan yang dimilikinya diejawantahkan dengan memerhatikan situasi masyarakat, sehingga pembumian nilai keislaman yang rahmatan lil-‘alamin merealitas. 

Karya-karya yang ditulis berbahasa Arab ataupun Bugis menjadi dalil tak terbantahkan visi dan misinya membangun DDI yang tidak memosisikan keberislaman vis a vis budaya. 

Menjadikan karya-karya AGH Ambo Dalle sebagai bacaan wajib bagi santri Pesantren DDI, di samping karya muktabar ulama lainnya adalah upaya jitu mengakomodasi lokalitas dan menginternalisasi moderasi keberislaman. Selamat Muktamar XXII DDI!    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement