REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Turki telah menjadi destinasi yang menarik bagi Muslim yang memutuskan meninggalkan Prancis karena rasisme dan diskriminasi. Banyak pemuda Prancis asal Afrika Utara yang memenuhi syarat juga menetap di negara-negara Teluk.
Namun, menurut sebuah laporan oleh surat kabar Prancis Le Journal du Dimanche pada Rabu (16/2/2022), Turki yang modern namun tradisional kini telah menjadi tujuan migrasi yang semakin populer bagi mereka.
Seorang Muslim bernama Thibault (32) merupakan salah satu imigran yang memutuskan untuk menetap di Turki. Seorang pembuat roti dari Isere, Prancis, ini pertama kali pindah ke Bosnia dan Herzegovina dan kemudian ke Norwegia. Dia akhirnya menetap di Istanbul, Turki, bersama istri dan dua anaknya lebih dari setahun yang lalu.
Pasangan itu pertama kali berpikir untuk pindah ke Mesir atau Maroko. Akan tetapi, mereke kemudian lebih memilih Turki karena budayanya yang beragam yang lebih mirip dengan gaya hidup mereka.
Adapula Fosil Mahani, seorang influencer YouTube yang menetap di provinsi Mediterania Turki, Antalya pada 2019. Dia mengatakan, perpaduan budaya Eropa dan Timur Tengah di Turki menarik baginya.
Muslim yang merupakan mualaf, David Bizet, yang mendirikan grup Facebook 'Imigrasi ke Turki', juga tinggal di Turki sejak 2019. Dia berasal dari Dijon di Prancis timur.
"Hampir sepekan berlalu tanpa pesan dari orang Prancis yang telah menetap di Turki atau ingin menetap," kata laporan itu mengutip sebuah unggahan baru-baru ini oleh Bizet, dilansir di TRT World, Jumat (18/2/2022).
Otoritas Prancis memang telah dituduh berupaya menyudutkan komunitas Muslimnya. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak masjid dan organisasi masyarakat sipil dikatakan telah ditutup.
Presiden Prancis Emmanuel Macron bahkan menggambarkan Islam sebagai 'agama dalam krisis'. Ia juga memperkenalkan seperangkat prinsip-prinsip yang kemudian mendefinisikan sebuah 'Islam di Prancis'.