REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran dalam surat Ar Rad ayat 2 menerangkan tanda-tenda kekuasaan Allah SWT di langit, pada surat Ar Rad ayat 3 dan tafsirnya menerangkan tanda kekuasaan Allah SWT di bumi.
Melalui ayat ini Allah SWT menegaskan, orang-orang yang memikirkan dan mengkaji ciptaan Allah SWT di bumi akan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya. Sehingga bertambah kuat juga iman dan takwa mereka.
وَهُوَ الَّذِيْ مَدَّ الْاَرْضَ وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْهٰرًا ۗوَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِيْهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir." (QS Ar Rad ayat 3)
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini Allah menerangkan sisi lain dari tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada di bumi.
Pertama, Dialah Allah SWT yang membentangkan bumi menjadi luas dan lebar supaya mudah dijadikan tempat kediaman makhluk-Nya. Semua binatang dapat hidup di atasnya dengan leluasa.
Manusia dapat mengambil manfaat dari hasil buminya, hewan-hewannya, dan benda-benda logam yang terpendam di dalam perutnya. Manusia dapat berkeliaran di muka bumi untuk mencari rezeki dan segala kemanfaatannya.
Karena sangat luas, bumi ini kelihatannya seperti lahan datar, meskipun keadaan yang sebenarnya berbentuk bola sebagaimana diyakini oleh para ulama ahli falak.
Kedua, Allah SWT telah mengadakan gunung-gunung di atas permukaan bumi ini sebagai tonggak dan pasak yang menjaga kestabilan bumi supaya tidak bergerak dan tidak bergeser.
Ketiga, Allah SWT telah menciptakan sungai-sungai di bumi untuk kepentingan manusia dan binatang-binatang. Manusia dapat mengairi dengan air sungai itu kebun-kebun dan sawah ladangnya yang nantinya menghasilkan bermacam-macam hasil bumi dan buah-buahan.
Keempat, bunga dari pohon buah-buahan dijadikan Allah berpasang-pasangan di mana terdapat unsur jantan dan unsur betina.
Baca juga: Kisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam
Ilmu pengetahuan telah menetapkan bahwa sebuah pohon itu tidak akan berbuah kecuali jika telah terjadi perkawinan antara unsur jantan (serbuk sari) dan betina (putik bunga) yang biasanya berada pada sebagian besar dari jenis pohon.
Ada pohon yang hanya memiliki unsur jantan saja, sedangkan unsur betinanya ada pada pohon yang lain sehingga perlu dikawinkan supaya dapat berbuah seperti pohon kurma. Ada pula yang mempunyai unsur jantan dan betina dalam satu bunga seperti pohon kapas.