REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Beberapa ekstremis Yahudi mengungkapkan mereka berpakaian seperti Muslim untuk masuk dan beribadah di situs suci yang diperebutkan, Temple Mount atau kompleks Masjid al-Aqsa. Hal ini sudah mereka praktikkan sejak lama, tetapi tidak menyebutkan kapan tepatnya.
Setelah Israel merebut dan menduduki Yerusalem Timur pada 1967, status quo yang rapuh tetap ada, yakni non-Muslim dapat mengunjungi kompleks tersebut tetapi tidak boleh berdoa di sana.
Dilansir dari BBC, Selasa (8/2/2022), seorang aktivis Yahudi Israel Raphael Morris menganjurkan para Yahudi berddoa di situs tersebut atau yang mereka sebut Temple Mount. Raphael memimpin kelompok ekstremis Yahudi yang disebut "Returning to the Mount/Kembali ke Bukit".
"Saya adalah seorang zionis Yahudi dan saya yakin Temple Mount milik orang Yahudi," katanya.
Sebelum memasuki kompleks suci Masjid Al Aqsa, dia mengganti pakaiannya dengan gamis dan peci putih. Dia bahkan belajar bahasa Arab.
"Kami bisa berdoa bersama orang Muslim ketika mereka sholat, tapi kami menggumamkan doa kami atau berdiri saja dimana kami mau dan berdoa," katanya.