Jumat 04 Feb 2022 19:08 WIB

Warga Gaza Berjuang Bertahan Hidup di Tengah Krisis Gas dan Musim Dingin

Musim dingin memaksa warga Gaza membeli lebih banyak tabung gas.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina yang terdiri dari perempuan dan anak-anak mengungsi untuk berlindung dari serangan udara Israel ke bangunan sekolah milik PBB di Gaza, Rabu (19/5) waktu setempat. Warga Gaza Berjuang Bertahan Hidup di Tengah Krisis Gas
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina yang terdiri dari perempuan dan anak-anak mengungsi untuk berlindung dari serangan udara Israel ke bangunan sekolah milik PBB di Gaza, Rabu (19/5) waktu setempat. Warga Gaza Berjuang Bertahan Hidup di Tengah Krisis Gas

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Gaza tengah kesulitan memenuhi kebutuhan gas. Dengan tidak adanya cadangan gas strategis dan seringnya pemadaman listrik, warga Gaza terpaksa mengandalkan tabung gas memasak agar mereka tetap dalam keadaan hangat, untuk memberi makan keluarga, dan menjalankan bisnis.

Meskipun ini adalah kejadian biasa, penurunan suhu yang melanda Jalur Gaza musim dingin ini membuat banyak keluarga harus membeli lebih banyak tabung gas untuk bertahan hidup. Hal itu kemudian menyebabkan kekurangan gas di seluruh daerah kantong yang terkepung ini. Salah seorang warga Gaza, Neama al-Khalili, mengeluh setiap musim dingin adalah perjuangan bertahan hidup karena dia terpaksa membeli tabung gas untuk menghangatkan rumah dan keluarganya ketika listrik padam.

Baca Juga

"Sepanjang tahun, saya biasanya mengonsumsi tabung gas 12 Kg setiap bulan, tetapi di musim dingin saya harus menggandakan penggunaan saya. Itu semakin membebani pengeluaran keluarga kami, mengingat setiap tabung seharga 23 dolar," kata ibu empat anak berusia 35 tahun ini kepada The New Arab, dilansir Jumat (4/2/2022).

Rami, suami Neama, bekerja sebagai buruh harian di salah satu pabrik biskuit di Gaza dengan hanya menerima 12 dolar per hari. Neama mengungkapkan, satu tabung gas sekarang menghabiskan gaji suaminya selama dua hari.

"Dan ini bukan satu-satunya efek samping dari krisis gas yang terus melanda Gaza. Suami saya juga sudah berkurang pekerjaannya sekarang karena pabrik tempat dia bekerja juga terkena dampak krisis gas," ujarnya.

Saat ini, Rami hanya bisa bekerja dua atau tiga hari sepekan yang berarti keluarga al-Khalil kini kesulitan membeli kebutuhan pokok mereka. Namun, penderitaan mereka tidak berhenti di situ. Setiap hari, ribuan warga Gaza mengantre berjam-jam untuk membeli gas yang dibutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement