Kamis 03 Feb 2022 08:25 WIB

Aktivis Palestina Kumpulkan Dana untuk Bantu Pengungsi Suriah

Seorang aktivis Palestina meluncurkan kampanye untuk bantu pengungsi Suriah.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Seorang wanita menggantung cucian di kamp pengungsi yang terendam banjir di provinsi Idlib, Suriah, Selasa, 21 Desember 2021.
Foto:

Di Suriah, lebih dari 6,7 juta orang telah mengungsi akibat perang saudara di negara itu, yang dipicu oleh tindakan keras rezim Bashar al-Assad terhadap protes pro-demokrasi pada 2011. Sebanyak 6,8 juta warga Suriah lainnya hidup sebagai pengungsi di negara-negara tetangga seperti Yordania, Lebanon dan Turkiye.
 
Kebanyakan pengungsi menemukan tempat berlindung di tenda-tenda dan bangunan yang belum selesai, sehingga membuat mereka sangat rentan terhadap kondisi musim dingin yang keras.
 
Jabr Hijaz, seorang teman Khalil, bergabung dengan kampanye penggalangan dana untuk meringankan penderitaan para pengungsi Suriah. “Saya mengalami kehidupan di alam terbuka. Saya benar-benar merasakan anak-anak Suriah yang tinggal di kamp-kamp itu,” Hijaz, dari kota Tamra.
 
Khalil dan Hijazi keduanya berkoordinasi dengan organisasi bantuan untuk membangun ratusan rumah bagi pengungsi Suriah di utara Suriah, utara Yordania, dan selatan Turkiye.
 
Hijazi mengatakan kampanye untuk pengungsi Suriah mencerminkan wajah sebenarnya dari komunitas Arab di Israel.
 
“Pendudukan (Israel) ingin kami melihat komunitas kami sebagai komunitas kriminal, tetapi kampanye ini membuat kami sangat bangga dengan diri kami sendiri,” tambah Hijazi, yang kehilangan saudaranya oleh tembakan Israel selama protes terhadap kejahatan terorganisir di Israel.
 
“Beberapa anggota yang bekerja dalam kejahatan terorganisir tidak mencerminkan realitas kita,” katanya.
 
Orang-orang Palestina yang berhasil tinggal di rumah mereka selama Nakba, eksodus paksa pada 1948 dikenal sebagai orang Arab Israel. Mereka membentuk sekitar 20 persen dari populasi Israel.
 
Mereka berpusat di sekelompok kota Arab di Israel tengah yang dikenal sebagai "Segitiga Kecil", bersama dengan wilayah Galilea (utara) dan Negev (selatan).
 

 

Banyak kelompok hak asasi manusia mengecam kebijakan Israel terhadap orang Arab sebagai bentuk apartheid modern, dengan orang Arab menderita diskriminasi rasial dalam pendidikan, pekerjaan, dan perawatan kesehatan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement