Diskusi tersebut dilakukan agar rangking sektor makanan halal Indonesia meningkat. "Bisa nggak dalam setahun ke depan atau dua tahun ke depan dari nomor 4 menjadi nomor 1. Tidak perlu nomor satu di semua kategori misalnya termasuk kosmetik dan obat-obatan, karena itu masih jauh," tuturnya.
Aqil juga berkoordinasi dengan Ketua Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) Sapta Nirwandar untuk mengetahui indikator yang digunakan Dinar Standard, lembaga kajian internasional untuk ekonomi Islam global, yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Sebab, indikator tersebut membuat banyak negara mampu menorehkan peringkat yang baik di sektor makanan halal.
"Indikator ini yang ingin kita ketahui lalu kita bergerak bersama-sama untuk memenuhi indikator-indikator tersebut dalam waktu 1-2 tahun ke depan. Supaya kita bisa mengalahkan Malaysia," jelasnya.
Aqil juga mengungkapkan, menurut catatan sejarah yang dia pelajari, sebetulnya Malaysia digerakkan oleh banyak orang Indonesia di sana. Bahkan orang Indonesia itu sejak lama belajar dengan LPPOM MUI. Sehingga sebenarnya LPPOM MUI adalah sokoguru LPH Indonesia dan lembaga halal luar negeri. "Namun mereka bisa melakukan akselerasi yang begitu cepat sehingga melampaui kita.