REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Perolehan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) yang dicatat Badan Zakat Nasional mengalami peningkatan tajam dinilai belum dapat menunjukkan kondisi perbaikan ekonomi masyarakat. Menurut pengamat ekonomi Islam yang juga Direktur IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies), Yusuf Wibisono mengatakan secara umum penghimpunan zakat masih mengalami penurunan.
"Menurut saya kita perlu melihat hal ini lebih kepada sebuah hal khusus, bukan fenomena umum. Pola umum nya menurut saya tetap yaitu penghimpunan dana lembaga zakat menurun di masa pandemi. Hal ini karena donatur utama lembaga zakat adalah kelas menengah perkotaan, yang di masa pandemi ini mengalami kejatuhan ekonomi paling dalam," kata Yusuf kepada Republika.co.id pada Kamis (6/1).
Menurut Yusuf meningkatnya penghimpunan dana lembaga zakat lebih banyak terjadi di lembaga-lembaga zakat besar.
"Saya melihat meningkatnya penghimpunan dana lembaga zakat ini lebih banyak terjadi di lembaga-lembaga zakat besar yang memiliki brand image yang kuat," katanya.
Ia menjelaskan kenaikan penghimpunan lembaga-lembaga zakat besar ini karena basis donatur lembaga zakat besar tersebut didominasi oleh kelas atas, yang memang tidak banyak terdampak oleh pandemi, bahkan semakin kaya di masa pandemi ini. Selain itu menurutnya besarnya investasi lembaga-lembaga zakat yang besar pada upaya customer loyalty dan kemudahan pembayaran donasi terutama melalui digitalisasi.
Sebelumnya Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mencatat pengumpulan ZIS mengalami peningkatan selama setahun lalu. Pada 2021 ZIS mengalami kenaikan 33 persen dibanding 2020 yakni dari Rp 387 miliar menjadi Rp 515,6 miliar.