REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Otoritas berwenang di Mesir menghadapi serangan balasan atas rencana mereka memodernisasi Alquran. Seorang penulis dan jurnalis Mesir mengkritik proposal yang sedang dibahas oleh Senat negara itu tentang penulisan interpretasi modern Alquran.
Kepala Komite Agama Senat Yusuf Sayyid Amer telah mengajukan proposal dan dia mengatakan interpretasi baru akan menyoroti moderasi Islam dan melawan ekstremisme. Ini akan memberikan jawaban atas hadits-hadits tertentu yang dirujuk oleh kelompok ekstremis untuk membenarkan ideologi mereka.
Penulis dan jurnalis Qutb al-Arabi menulis dalam sebuah artikel yang dimuat oleh situs Arabi21 bahwa bungkam atas proposal semacam itu tentu tidak mungkin. Sebab, itu telah diajukan oleh politikus dan pejabat pemerintah, bukan oleh para ulama dan pakar.
Dia mengatakan, manipulasi terhadap Alquran dengan tujuan melayani pemerintah dan penguasa tidak dapat diterima. "Siapa yang bisa menerima pengikatan ayat-ayat Alquran dengan kebijakan yang tidak adil atau menyajikan pemahaman yang menyimpang untuk menutupi dan membenarkan fenomena abnormal di masyarakat untuk memuaskan kelompok penekan internasional?" kata Arabi.
Ia menggambarkan proposal yang diajukan oleh Amer dan didukung oleh menteri wakaf negara itu dan Mufti besar sejalan dengan kebohongan tentang negara baru yang telah dibicarakan oleh Presiden Abdul Fattah el-Sisi dan media. Menurut Arabi, hal itu dihadirkan sebagai alternatif dari identitas Arab-Islam saat ini. Dia menambahkan, seseorang tidak dapat mengesampingkan bendera baru dan lagu kebangsaan akan segera diumumkan juga.