REPUBLIKA.CO.ID, OISE—Pemerintah Prancis menutup sebuah masjid di Oise, sebuah negara bagian di Prancis, setelah imam masjid menyampaikan khutbah yang membela jihad dan menyebut para jihadis sebagai pahlawan.
Otoritas Prancis mengatakan bahwa khutbah di Masjid Agung Beauvais itu pro-kekerasan dan berisi hasutan kebencian dan kekerasan.
Dilansir dari laman BBC pada Rabu (29/12), pihak berwenang setempat menyatakan, Masjid di kota Beauvais akan tetap ditutup selama enam bulan.
Pejabat Oise mengatakan, khutbah di sana menyebut pejuang jihad sebagai pahlawan dan menghasut kebencian dan kekerasan. Adapun Prancis telah melakukan pemeriksaan di tempat-tempat ibadah Islam yang diduga memiliki hubungan dengan ekstremisme.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gérald Darmanin, mengatakan dia telah memulai proses penutupan Masjid Agung Beauvais, dan mengklaim bahwa khutbah imam itu menargetkan orang Kristen, Yahudi, dan homoseksual.
Menurut Agence France-Presse, surat kabar lokal Courrier Picard, melaporkan bahwa imam yang bersangkutan merupakan mualaf yang baru saja masuk Islam.
Seorang pengacara untuk asosiasi yang mengelola masjid mengatakan kepada Picard bahwa pernyataan imam itu "diambil di luar konteks", dan kini imam itu telah diskors dari tugasnya di masjid, BBC News melaporkan.
Berita ini muncul karena pemerintah Prancis telah melakukan pemeriksaan di tempat-tempat ibadah Islam yang diduga terkait dengan ekstremisme, menurut BBC News.
Menurut BBC News, tindakan keras tersebut menyusul dua insiden kekerasan pada Oktober 2020 yang diyakini dilakukan oleh ekstremis Islam, kasus pemenggalan kepala guru Samuel Paty di pinggiran kota Paris dan penusukan fatal terhadap tiga orang di sebuah katedral di Nice.
Daramanin mengatakan sekitar 100 masjid dan mushola dari total lebih dari 2.620 di negara itu telah diselidiki dengan tuduhan ekstremisme oleh Kementerian Dalam Negeri dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, otoritas setempat telah menutup Masjid Agung Beauvais selama enam bulan dan memberi waktu 10 hari kepada masjid untuk merespons, menurut BBC News.
Sumber: thehill