Jumat 10 Dec 2021 04:31 WIB

Jilbab Voice of Baceprot, Musik Metal, Hingga Kadal Gurun: Nasib Paranoid Islamofobia

Masihkah perlu melestarikan sikap Islamophobia?

Grup musik Voice of Baceprot (VoB)
Foto:

Dan yang paling terkini dari perkembangan musisi dan musik Islam adalah dengan hadirnya tiga santriwati yang dahulu merupakan murid dari sekolah madrasah. Gaya panggung dan hasil kreasi grup yang mulai dikenal publik selama tiga tahun terakhir ini dengan nama VoB (Voice of Baceprot) juga unik. Penampilan mereka mengingatkan pada gaya Nasida Ria yang juga tampil dengan tetap mengenakan jilbab dan piawai bernyanyi serta 'puguh' memainkan alat musik. Hebatnya, beda dengan Nasida Ria yang berasal dari 'anak sedikit perkotaan', santriwati VoB ini semuanya merupakan 'anak yang betul-betul berasal dari udik atau kampung dari pegunungan kawasan pedalaman Garut. 

Nah, yang membuat geger dunia musik Indonesia saat ini adalah karena jenis musik yang dimainkan tiga personil VoB: musik metal atau trash metal. Mereka ke luar dari arus musik mendayu-dayu dan berwajah tradisional-agamis karena memainkan 'lagu cadas'. Dan sisi yang tak lazim ini makin seru karena mereka hari-hari ini tengah melakukan tour konser di luar negeri, yakni Eropa. (Kalau tur di luar negeri Eropa sebenarnya pernah juga dilakukan Nasida Ria di Jerman atau Oma Irama yang berangkat konser ke Jepang dan Amerika Serikat).

photo
Keterangan foto: Grup musik Voice Of Baceprot (VoB) - (ROL/Havid Al Vizki)

 

Dan memang, meski belum sempat mencetak lagu hits di Eropa seperti yang dilakukan Achmad Albar dengan grup Clover Leaf-nya selama tinggal di Belanda pada dekade awal tahun 1970-an, atau Anggung C Sasmi di Prancis yang mampu mencetak hits dengan lagu 'Snow in Sahara', capaian sukses ketiga mantan anak sekolah madrasah dari pedalaman Garut tersebut patut diacungi dua jempol. Mereka setidaknya mampu memberikan sedikit gambaran baru bahwa wajah dan pratik Islam di Indonesia tak seperti yang dibayangkan orang Eropa yang kebanyakan mengidap Islamophobia. Jilbab yang kadang dipandang mereka sebagai lambang pengekangan kebebasan perempuan dalam Islam, menjadi tak terbukti. 

Jadi, apa yang dilakukan VoB sama persis dengan apa yang disinyalir duta besar Inggris di Jakarta yang berdarah Pakistan bahwa Islam di Indonesia beda dengan yang lainnya. "Perempuan Muslim di Indonesia jauh lebih bebas. Berbeda dengan Islam di negara lain, di sini para perempuan berjilab bebas naik sepeda motor di mana-mana,'' katanya pada suatu jamuan acara buka puasa beberapa tahun silam.

Uniknya, berbeda dengan kalangan rakyat biasa yang menganggap tak ada kesenjangan antara ajaran Islam dalam praktik kehidupan sehari-hari, kalangan yang kerap disebut pemimpin atau kelompok yang tengah berkuasa begitu khawatir --bahkan phobia dengan Islam. Islam yang memang punya identitas budaya yang dekat dengan Arab, selalu dianggap pejoratif dan berusaha dikecilkan artinya. Maka berhamburlah sebutan 'Kadal Gurun', Tuhan bukan orang Arab, haji dan umrah hanya membuat kaya Arab Saudi, berdoa tak perlu pakai bahasa Arab, dan lainnya. Yang makin mengelus dada mereka yang kerap menyebutkan itu sering mengaku dirinya sebagai santri atau setidaknya lahir dari keluarga yang berlatar pendidikan Islam, baik NU, Muhammadiyah, atau lainnya.

Atas situasi phobia ini ujung-ujungnya bisa menjadi teraba jadinya bahwa perlakuan kebijakan polarisasi era kolonial Belanda yang digagas Snouck Hurgronje hingga dekade kedua tahun 2000 ini masih tetap saja lestari: Kalau Islam hanya sebagai sekedar sebagai laku ibadah harus didukung, tapi kalau sudah jadi bentuk gerakan sosial/politik harus dimatikan!

Anggapan yang berada di bawah sadar itulah yang kini mulai makin terkelupas dengan hadirnya VoB. Mereka membuktikan bila masih bisa menjadi sosok perempuan Muslim yang baik meski sudah mengenyam konser lintas benua dan fasih menyanyikan lagu bukan berbahasa Arab atau lagu reliji ala Maher Zain. Yang lebih pasti, selain mereka sangat diyakini fasih menyanyikan lirik lagu trash metal, mereka pasti fasih melafalkan ayat Alquran. Ini beda dengan mereka yang kini sibuk mengaku santri itu yang ternyata ketika bergaya mencoba mengucapkan penggalan ayat Alquran lidahnya mendadak kelu kepayahan. Tajwid dan mahrajnya kacau balau serta ucapannya terbolak-balik tak keruan.

Akhirnya, ada kutipan dari musikus sekaligus maestro piano sekaligus budayawan kondang, Jaya Suprana, atas penampilan VoB saat melakukan tour di Eropa. Jaya Suprana yang non-Muslim itu memberikan komentar begini:

"Tiga santriwati dari pedalaman Garut tersebut membuktikan fakta tak terbantah bahwa pada hakikatnya Islam merupakan agama yang membuka sanubari seluruh umat manusia untuk terbuka pada keindahan seni-budaya sebagai bagian utama peradaban umat manusia di planet bumi."

Senada dengan Jaya Suprana politisi seperti Muhaimin Iskandar pun langsung nekad mengusulkan agar VoB diundang untuk melakukan konser di Istana Negara. Peluang ini tampaknya terbuka lebar karena Presiden Joko Widodo suka akan musik trash metal.

Maka, bila itu sampai terjadi maka di kompleks Istana Negara nanti akan terdengar lagu hits dunia semacam Enter Sandman, dari Metallica yang bercerita tentang kisah kedatangan monster manusia pasir: Enter Sandman.

 
Say your prayers, little one

Don't forget, my son

To include everyone

Tuck you in, warm within

Keep you free from sin

'Til the sandman, he comes

 
(Ucapkan doamu, si kecil
Jangan lupa, anakku
Untuk memasukkan semua orang
Aku memasukkanmu, hangat di dalam
Bebaskan kamu dari dosa
Sampai Sandman (manusia pasir) dia datang)
 
Wah... kalau begitu siapa manusia pasir itu? Apa dia manusia dari padang pasir? Eh, apa dia sejenis kadal gurun?
 
 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement