Rabu 08 Dec 2021 23:58 WIB

Survei: Generasi Muda Rentan Terpapar Konservatisme 

Radikalisme bisa menyasar kalangan milenial

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Radikalisme bisa menyasar kalangan milenial. Ilustrasi
Foto:

Namun jika dirujuk pada intensitas melakukan ritual keagamaan harian, tingkat religiusitas generasi Z dan milenial lebih rendah dibanding generasi pendahulunya.

Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat konservatisme kedua generasi yang jauh lebih tinggi dibanding generasi sebelum mereka, baik generasi boomer maupun generasi X. 

“Meski tidak memiliki perbedaan yang signifikan, namun tingkat konservatisme generasi milenial dan generasi Z lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya, dan ini diperburuk dengan tingkat religiusitas generasi muda yang rendah,” kata dia.

Penelitian ini juga mencoba mengungkap pengaruh media pada pembentukan pola pikir konservatif setiap individu. Dari survei ini ditemukan bahwa semakin sering individu mengakses media konservatif-islamis maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme mereka. Begitu juga sebaliknya. Dari sekian banyak media yang ada, whatsapp group dan Facebook menjadi platform yang paling banyak dijadikan rujukan untuk mengakses konten keagamaan. 

“Generasi muda (milenial dan z) lebih sering menggunakan sosial media sebagai sumber pengetahuan agama, biasanya dari grup Whatsapp, lebih dari 96 persen, dan ini jelas sangat rentan dan berbahaya karena sumber yang diakses tidak kredibel dan reliabel, disusul Facebook dan Youtube,” jelas Iim. 

“Secara umum, tekanan dan pengaruh narasi Islami di media tidak serta merta mengubah tingkat konservatif seseorang, karena sejatinya setiap orang memiliki kecenderungan atau ideologi sendiri, baik itu konservatif, moderal maupun liberal. Namun dengan pengaruh atau terpaan yang konstan dan terus-menerus akan berpotensi menyebabkan perubahan kecenderungan, dan ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapnya,” ujarnya menambahkan. 

PPIM UIN Jakarta, kata Iim, dalam kesimpulan dan rekomendasinya meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan arus media, merujuk pada kekuatan media yang dapat membentuk sikap keberagaman seseorang. Pengutamaan penyebaran konten keagamaan yang moderat perlu dilakukan untuk menekan kecenderungan konservatisme. 

 

“Perlu pula untuk mendukung keaktifan kelompok moderat, baik dari kelompok organisasi Islam, ulama, atau cendikiawan Muslim, dalam pembahasan isu keagamaan di media sosial, dan perlu dilakukan secara berkesinambungan demi mengantisipasi dominasi dakwah di media sosial oleh para penyebar paham konservatif,” kata dia.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement