REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi memberikan pinjaman kepada Pemerintah Pakistan sebanyak 3 miliar dolar AS atau setara Rp 43,5 triliun. Menurut Penasehat Keuangan Perdana Menteri, Pakistan menerima pinjaman tersebut pada Sabtu (4/12) sebagai bagian dari paket dukungan ekonomi.
"Saya ingin berterima kasih kepada Yang Mulia Putra Mahkota Mohammed Bin Salman dan Kerajaan Arab Saudi atas sikap baiknya," kata Penasihat Keuangan Perdana Menteri Pakistan, Shaukat Tarin dilansir dari Alarabiya, Ahad (5/12).
Negara Asia Selatan itu menghadapi tantangan ekonomi yang semakin meningkat, dengan inflasi yang tinggi. Cadangan devisa Pakistan merosot. Negara itu juga mengalami defisit transaksi berjalan yang melebar dan mata uang yang terdepresiasi.
Pinjaman dari Arab Saudi akan berlangsung selama satu tahun dengan tingkat bunga 4 persen berdasarkan ketentuan paket, yang ditandatangani bulan lalu.
"Ini adalah kabar baik yang akan membantu meningkatkan cadangan devisa dan sentimen di pasar valas," kata Saad Hashemy, direktur eksekutif di BMA Capital.
Pinjaman itu datang seminggu setelah Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui Pakistan tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk menghidupkan kembali program pendanaan senilai 6 miliar dolar AS yang terhenti.
Penyelesaian tinjauan telah tertunda sejak awal tahun ini, akan menyediakan 750 juta hak penarikan khusus IMF, atau sekitar 1 miliar dolar AS, sehingga total pencairan sejauh ini menjadi sekitar 3 miliar dolar AS.
Bank sentral Pakistan telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin menjadi 8,75 persen untuk melawan tekanan inflasi. Inflasi telah mencapai 11,5 persen pada November, naik dari 9,2 persen sebulan sebelumnya.
Rupee Pakistan, yang ditutup pada Jumat di 176,77 antar bank terhadap satu dolar, telah terdepresiasi lebih dari 11 persen sejak awal tahun ini.