REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG – Merasa prihatin atas kondisi warga Nahdliyin menjelang Muktamar ke-34 NU, Dzurriyah Muassis (Keluarga keturunan pendiri NU) menggelar pertemuan khusus di Rumah Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, Rabu (1/12) malam. Dalam pertemuan tersebut, Dzurriyah Dzurriyah NU mengeluarkan tiga imbauan khusus kepada PBNU dan warga nahdliyin.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh masing-masing wakil keluarga pendiri NU untuk meredakan ketegangan di internal NU utamanya di kalangan PBNU. Karena, ketegangan saat ini dianggap bisa menjurus ke perpecahan jika tidak segera diredakan.
Saat ini dinamika menjelang Muktamar ke-34 NU bergerak sangat dinamis. Munculnya ketegangan tersebut bermula dengan munculnya nama-nama calon Rais Am dan Ketua Tanfidziyah yang mengatasnamakan PWNU. Kemudian ditambah adanya surat perintah agar pelaksanaan Muktamar NU ke-34 dipercepat, yang ditandatangani langsung Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.
Oleh karena itu, Dzurriyah Muassis NU sengaja berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Dzurriyah KH Hasyim Asy'ari, KH Fahmi Amrullah Hadziq selaku tuan rumah mengatakan, mereka datang atas inisiatif sendiri untuk membahas dinamika yang terjadi jelang Muktamar NU.
"Masing-masing datang atas inisiatif sendiri-sendiri, tidak ada yang mengatur, tidak ada yang membiayai karena didasari oleh keprihatinan atas kondisi PBNU akhir-akhir ini," ujar Gus Fahmi, sapaan akrab KH Fahmi Amrullah Hadziq dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/12).
Setelah keluarga para pendiri NU tersebut melakukan diskusi dan musyawarah, akhirnya disepakati tiga hal yang merupakan imbauan dan ajakan bagi seluruh jam’iyyah NU. Poin pertama, mereka mengingatkan bahwa niat para muassis mendirikan jam'iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwwah (persaudaraan). “Maka kita berharap kepada para pengurus, hendaknya menjaga ukhuwah ini,” ucap Gus Fahmi.
“Jangan sampai kemudian apa yang disampaikan oleh Hadratus Syaikh, pesan beliau janganlah perbedaan itu menyebabkan perpecahan. Maka, ini harus kita pegang, para pengurus terutama hendaknya memegang dawuh (amanat) ini,” jelasnya lebih lanjut.
Poin kedua, mereka mengimbau agar hendaknya semua pihak mengedepankan akhlakul karimah dengan menjaga tradisi tabayun. “Tidak mengeluarkan keputusan sendiri-sendiri. Karena bagaimanapun juga pengurus itu bukan personal tetapi kolektif kolegial. Jadi hendaknya keputusan itu diambil secara bersama-sama musyawarah untuk mufakat," kata Gus Fahmi.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Babi Haram Dikonsumsi Menurut Islam
Menurut Gus fahmi, Dzurriyah Muassis NU juga berharap kepada semua pihak, terutama kiai-kiai sepuh untuk menahan diri, tidak melakukan aksi dukung mendukung terhadap salah satu pihak.
“Apa yang dilakukan oleh kiai-kiai ini memberikan dukungan kepada salah satu pihak akan berpotensi menyebabkan perpecahan. Jadi sebaiknya masing-masing bisa menahan diri," ucapnya.