Saat ini, krisis migran disebut telah mereda dengan ratusan orang diterbangkan kembali ke Irak setelah menyerah pada impian mereka akan kehidupan baru di Eropa. Uni Eropa menuduh Belarusia mengatur pergerakan migran.
Banyak dari mereka berasal dari Kurdistan Irak, dengan menawarkan visa dan mengantar mereka ke perbatasan sebagai pembalasan karena menjatuhkan sanksi pada rezim otokratis Presiden Alexander Lukashenko. Lukashenko mengunjungi sebuah gudang di sisi perbatasan Belarusia di mana sekitar 2.000 orang tinggal di akomodasi sementara. Dia mengatakan negaranya tidak akan menghalangi jika mereka ingin mencoba melintasi perbatasan.
Empat dari setidaknya 13 orang yang meninggal saat mencoba menyeberang dimakamkan di pemakaman di Bohoniki. Di antara mereka adalah warga Suriah bernama Ahmed Al Hassan yang tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai, serta seorang migran Yaman, Mustafa Mohammed Murshed Al Raimi. Seorang anak yang belum lahir yang ibunya keguguran saat dia berjalan melalui hutan bersama keluarganya berada di sisi pemakaman lainnya.
"Bukan masalah bagi kami mengubur mereka dengan bermartabat daripada di kuburan tanpa nama dan tanpa rasa hormat. Jika ada lebih banyak jenazah yang perlu dikubur, maka kami akan melakukannya. Kami akan memberi ruang," ucap Radkiewicz.
Penjagaan militer yang ketat menghentikan siapa pun yang tidak memiliki izin berada dalam jarak tiga kilometer dari perbatasan. Radkiewicz mengatakan salah satu dari sedikit orang yang diizinkan lewat adalah Maciej Szczesnowicz, pemimpin Muslim setempat.