Setelah itu, Fatih memperkenalkan saudara-saudara Muslimnya kepada Carlos. Keyakinan Ibrahim untuk menjadi mualaf semakin mantap setelah ia berkunjung ke restoran yang dikelola Muslim di Granada, Spanyol. Dia melihat Muslim datang dari berbagai kota untuk bekerja dan membantu secara gratis.
Akhirnya, ia memantapkan untuk melantunkan kalimat syahadat. Setelah menjadi mualaf, Ibrahim mencari tempat di mana ia bisa belajar lebih banyak tentang agama. Atas rekomendasi teman-temannya di Spanyol, dia pergi ke Turki.
“Turki adalah tempat yang dapat mempelajari sejarah dan budaya Islam dengan sebaik-baiknya. Tinggal di Turki membuka jendela baru dalam hidup saya. Saya terkesan dengan amal orang-orang di sini,” tuturnya.
Ibrahim pertama kali bekerja di Turkish Diyanet Foundation (TDV), sebuah kelompok amal yang aktif di seluruh dunia. Dia mengaku telah melihat kehebatan peradaban Turki dengan membantu orang lain tanpa memandang ras dan agama.
Sejak 2018, ia menjabat kepala delegasi Bulan Sabit Merah Turki di Islamabad. Adapun keluarga religiusnya, ia harus menghadapi tentangan dari mereka.
“Saya memiliki tunangan yang memutuskan saya ketika dia mengetahui saya masuk Islam. Saya sangat dekat dengan saudara perempuan saya dan ketika dia mengetahuinya, dia mengatakan saya sudah meninggal baginya,” tambahnya.