REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebuah laporan terbaru yang disampaikan kepada Komite Khusus Knesset tentang Pekerja Asing menyebut setiap pekerja pertanian asing diserang secara seksual di Israel. Penulis laporan mengeluarkan peringatan terkait tingkat pelecehan yang mengejutkan dari laporan tersebut.
Disusun oleh pakar imigrasi, Yahel Kurlander dan Shahar Shoham, laporan tersebut menemukan 100 persen pekerja pertanian asing mengalami pelecehan seksual. Dari 654 pekerja asing Thailand yang diperiksa, semuanya mengaku pernah mengalami pelecehan seksual.
Namun, dengan lebih dari 25 ribu pekerja migran Thailand bekerja di Israel dan memasok sebagian besar tenaga kerja untuk industri pertanian Israel, jumlah pekerja yang menderita pelecehan seksual kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
“Israel telah meninggalkan wanita-wanita ini. Seorang wanita yang ingin mengeluh tidak ditindaklanjuti dengan jelas,” kata Kurlander, dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (27/10).
Kurlander menyampaikan, temuan yang mengejutkan itu, bagaimanapun, tidak sepenuhnya terwakili dalam statistik pemerintah yang telah gagal dalam memahami sepenuhnya krisis yang terjadi. Saat ini, tampaknya tidak ada sarana yang layak dan aman bagi pekerja asing yang menjadi korban pelecehan seksual untuk mengajukan pengaduan.
Kekhawatiran utama bagi pekerja asing adalah dampak dari bersuara. Kekhawatiran yang dihadapi oleh pekerja migran, yakni akan kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal mereka setelah pengaduan pelecehan disorot.
“Jika seorang pekerja asing diharuskan berhenti dari pekerjaannya karena pengaduan yang dia ajukan, dia sebenarnya juga kehilangan tempat tinggalnya,” kata Shiri Lev-Ran, komisaris hak-hak pekerja asing di Kementerian Ekonomi.
Perwakilan dari National Insurance Institute (NII) dan Polisi Israel mengakui sistem mereka tidak memiliki data yang diperlukan untuk pengaduan dari pekerja asing dan imigran. Sebuah diskusi tindak lanjut diharapkan atas kegagalan tersebut.
Risiko meningkatnya pelecehan seksual terhadap pekerja asing di Israel telah diprediksi tahun lalu ketika pemerintah menyetujui kesepakatan baru untuk mengawasi arus migrasi. Proses tersebut diambil dari pengawasan badan migrasi PBB (IOM) dan ditempatkan di tangan Israel dan Departemen Ketenagakerjaan Thailand (DOE).
Kekhawatiran juga telah berkembang atas meningkatnya pelecehan seksual di dalam tentara Israel, di mana telah terjadi peningkatan 24 persen dalam pelecehan seksual.