REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Uni Emirat Arab (UEA) dan badan antariksa Israel telah menandatangani perjanjian untuk meningkatkan kerja sama dalam penelitian ilmiah, khususnya terkait eksplorasi ruang angkasa. Kerja sama ini dilakukan selama Pekan Luar Angkasa Dubai Expo 2020.
Dilansir dari The New Arab, Ahad (24/10), Menteri untuk Teknologi Canggih UEA Sarah Al-Amiri bertemu dengan Menteri Israel terkait Orit Farkash-Hacohen untuk menandatangani perjanjian ini. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan manusia.
UEA akan bekerja pada upaya pendaratan bulan kedua Israel - misi Beresheet 2 - sebagai bagian dari kesepakatan, dengan mengembangkan instrumen ilmiah untuk mendaratkan pesawat ruang angkasa di bulan pada 2024. Ini dilakukan setelah pendaratan Beresheet 1 2019 jatuh sebelum mencapai tujuannya.
"Berbagi pengetahuan dan keahlian adalah bagian penting dari visi UEA, jika Anda melihat program luar angkasa global paling sukses dalam sejarah, persamaannya adalah kolaborasi," kata Al-Amiri.
“Israel memiliki industri luar angkasa yang diakui secara global dan mengembangkan kemitraan bilateral dan multilateral tidak pernah sepenting ini karena kita merangkul era baru eksplorasi ruang angkasa,” lanjut Al-Amiri.
Perjanjian tersebut meletakkan kerangka kerja kemitraan strategis yang saling menguntungkan yang ditetapkan untuk memperkuat upaya mengumpulkan dan menganalisis data ilmiah. Kesepakatan ini juga akan memungkinkan universitas Emirat dan Israel untuk meluncurkan kolaborasi penelitian bersama.
Sekembalinya ke Yerusalem, Farkash-Hacohen mengucapkan terima kasih kepada Al-Amiri dalam sebuah tweet untuk keramahannya yang hangat. Ia menyatakan bahwa dia menunggu untuk menyambutnya, bersama dengan Menteri Negara UEA untuk Kewirausahaan Ahmad Belhoul ke wilayah yang diduduki, Yerusalem.
"Pemerintah menandatangani perjanjian tetapi orang-orang dan kolaborasi adalah yang benar-benar menciptakan perdamaian," kata Farkash-Hacohen.
Israel dan UEA sepakat menormalkan hubungan pada 2020, di bawah Kesepakatan Abraham yang disponsori AS, bersama Bahrain, Sudan, dan Maroko. Palestina telah mengutuk perjanjian itu, padahal Israel terus menduduki Tepi Barat dan mengepung Jalur Gaza. Survei opini juga menunjukkan ketidaksetujuan publik yang luar biasa di negara-negara Arab.