REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Palestina mengecam pembangunan beragam fasilitas pemukim Israel di Tepi Barat. Terutama pembangunan terminal bus besar Israel di tanah Selatan kota Nablus.
Dilansir dari Wafa News, Ahad (17/10), proyek pemukim ini disebut menjadi bukti tidak ada niatan Israel untuk perdamaian. "Merusak peluang berdamai berdasarkan visi solusi dua negara," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
"Proyek baru termasuk membangun terminal bus untuk pemukim Israel antara Ramallah dan Nablus untuk memfasilitasi pergerakan mereka dan menghubungkan jaringan jalan pemukiman dengan Israel," tambahnya.
Lembaga itu menambahkan Israel berupaya dan berpacu dengan waktu untuk mencaplok Tepi Barat. Kementerian mencatat proyek ini bertujuan menyabotase setiap peluang untuk mendirikan negara Palestina yang layak dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Menurut perkiraan Israel dan Palestina, sekitar 650 ribu pemukim Israel tinggal di 164 pemukiman dan 124 pos terdepan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Permukiman Israel adalah masalah utama dalam konflik Palestina-Israel dan salah satu alasan utama gagalnya negosiasi perdamaian langsung antara Palestina dan pendudukan Israel pada tahun 2014.
Adapun kelompok pembebasan Palestina, Fatah pekan lalu mengecam pengumuman Israel tentang pembangunan ribuan unit permukiman baru. Rencana itu diklaim akan dilakukan di Utara Yerusalem yang diduduki.
Anggota Komite Sentral Fatah Hussein al-Sheikh yang juga menjabat sebagai kepala Komisi Urusan Sipil Palestina, mengecam keputusan Israel melanjutkan proyek lama pembangunan 10 ribu unit rumah pemukim. Proyek yang akan dikerjakan di wilayah Qalandia di Yerusalem yang diduduki.