REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, menyoroti keluhan sebagian orang Jakarta yang diangkat oleh media internasional menyoal kebisingan Adzan. Menurut Riza, suara adzan yang kerap terdengar di DKI tidak perlu dipermasalahkan.
"Jadi saya pikir itu tidak masalah. Masuk masjid, orang takmil, majelis, semua juga mengerti batasan-batasan, saya kira itu tidak masalah," ujar Riza saat ditemui di DPRD DKI, Kamis (14/10).
Sebagai panggilan ibadah umat Muslim, kata Riza, sebaiknya orang-orang bisa menghormati kebiasaan dan tradisi suatu agama. Bahkan, ketika hal itu sudah dilakukan di Indonesia, tak hanya Jakarta, sejak lama.
"Jadi tidak usah dipermasalahkan, jadi segera bisa disampaikan bahwa ini adalah Indonesia, yang mayoritas muslim, ya warganya setiap jam shalat selalu ada panggilan untuk shalat," tuturnya.
Meski ada keluhan, kabar orang terkait yang tak berani berkomentar, tak ditepis Riza. Menurut dia, pihaknya akan melakukan tindak lanjut mengenai di mana lokasi laporan tersebut. "Silahkan, ini kan negara yang besar dan sangat demokratis, kami menghargai satu sama lain, dan adzan itu kan tidak berlama-lama hanya beberapa menit saja," ungkap dia.
Sebelumnya, Kantor Berita Internasional yang berbasis di Paris, Prancis, AFP, menerbitkan berita "Piety or noise nuisance? Indonesia tackles call to prayer volume backlash", yang jika diterjemahkan, artinya Ketaatan atau gangguan kebisingan? Indonesia atasi reaksi volume adzan.
Dikatakan dalam berita yang kini dikutip berbagai media internasional lainnya itu, Rina (nama samaran), mengeluhkan suara adzan setiap pukul 03.00 WIB pagi. Dia yang juga seorang Muslim, mengaku mengalami gangguan kecemasan, gangguan tidur, hingga mual karena suara yang terlalu keras dari adzan itu.
Kendati demikian, Rina mengaku takut untuk mengeluh karena ancaman serangan dan penjara. "Tidak ada yang berani mengeluh tentang itu di sini," jelas Rina dikutip AFP.