Rabu 13 Oct 2021 09:22 WIB

Kebebasan Zaim Saidi dan Penulisan Sejarah Umat Islam

Dinar-dirham sudah dipakai di nusantara sejak 1300 tahun lalu.

1.300 tahun lalu dinar-dirham dipakai untuk transaksi di Desa Jago-Jago Sumut.
Foto:

Situs Bongal Butuh Penyelamatan

Saya pun sudah hubungi Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid untuk memperhatikan situs ini. Saya juga kontak teman di Balai Arkeologi untuk lakukan eskavasi. Tapi mentok, tidak ada dana Balai Arkeologi untuk ekskavasi. Begitu juga tidak ada dana BPCB juga dana instansi kebudayaan tingkat Kabupaten untuk menyelamatkan.

Saya paham lazimnya memang negara biasa berjalan lambat dibandingkan dengan ancaman kehilangan dan kehancuran situs-situs yang ditemukan masyarakat. Saya mendesak terus Hilmar Farid dan Fitra, pejabat di Direktorat Kebudayaan, untuk menurunkan Team ke Bongal.

Dan memang dari BPCB turun. Tapi setahun ini baru tahap sekadar lihat-lihat saja dan belum lakukan action. Pak Hilmar Farid mengontak kepala Museum Nasional untuk turun menyelamatkan artefak. Tapi, Covid-19 menyebabkan Ibu Sri Hartini selaku pelaksana tugas kepala Museum Nasional yang menghubungi saya hampir setahun yang lalu belum bisa turun. Akhirnya sampai sekarang koin Umayyah dan Abassiah belum diselamatkan dan dikoleksi Museum Nasional, juga tidak ada di Museum Negeri Sumut. 

Berita tentang dinar-dirham situs Bongal yang di-posting Museum Uang Sumatra terus mengalir dan menggugah peneliti numismatik Islam. Dr Nurman Kholis datang meneliti dan melakukan FGD di Museum Uang Sumatra lewat bendera Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI Jakarta tempat Nurman bekerja.

Kemudian, terjadi pembahasan akademis pertama tentang temuan koin Umayyah dan Abassiah situs Bongal. Ini pertama kali dilakukan di ruang seminar Museum Uang Sumatra dalam FGD pada tanggal 6 Agustus 2020 dengan narasumber Nurman Kholis dari Kemenag Jakarta, sejarawan numismatik Syafaruddin Barus yang sekaligus kepala Museum Uang Sumatra, Ery Sudewo dari Balai Arkeologi, dan saya dari Unimed.

Entah karena kebetulan, FGD ini sama dengan seminar 2013 di Unimed yang dimoderatori lagi oleh Tikwan Raya Siregar selaku aktivis dinar-dirham bertahun-tahun lamanya. Nurman selama penelitian di Sumut lakukan serangkaian wawancara dan mengaku kecewa ketika mendapati respons minor dari kepala pejabat berkompeten yang bukan Islam, yang awalnya meragukan autentisitas koin itu ditemukan di Bongal. Walau belakangan yang bersangkutan itu tampil tak bisa membantah dan mengamini jejak Islam abad pertama Hijriyah di situs Bongal.

Baca juga : Jack Ma Kembali Muncul di Hong Kong

Penelitian Nurman dkk yang sampai menjelajah ke kawasan Sei Musi Palembang ini dituangkan dalam tulisan bertajuk "Koin: Studi Awal Kajian Numismatik Dalam Penyebaran Islam dari Arab ke Nusantara" merupakan kajian temuan koin era Umayyah dan Abassiah situs Bongal yang pertama terbit dalam bentuk buku (2020) 

Hikmah penahanan dan pembebasan Zaim Saidi ini bagaimana pun akan membawa angin segar pembahasan dan penyelamatan situs dan artefak di Bongal itu. Bahkan, ini tidak hanya terkait dengan sejarah dinar-dirham, tapi juga relasi sejarah Islam di Indonesia yang terbukti sejak abad pertama Hijriyah.

---------

*Dr Phil Ichwan Azhari. Sejarawan, pengajar, dan ahli filologi Indonesia. Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Sumatra Utara. Ichwan juga dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Museum Indonesia Sumatra Utara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement