Ahad 10 Oct 2021 12:01 WIB

'Afghanistan Semakin Tidak Aman'

Serangan kembali terjadi di Afghanistan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
'Afghanistan Semakin Tidak Aman'. Foto:  Sebuah tanda bertuliskan Jangan Menyeberangi Pagar di sebuah kamp pengungsi Afghanistan di Pangkalan Bersama McGuire Dix Lakehurst, NJ, Senin, 27 September 2021. Kamp tersebut saat ini menampung sekitar 9.400 pengungsi Afghanistan dan memiliki kapasitas untuk menampung hingga 13.000 orang.
Foto: AP/Andrew Harnik
'Afghanistan Semakin Tidak Aman'. Foto: Sebuah tanda bertuliskan Jangan Menyeberangi Pagar di sebuah kamp pengungsi Afghanistan di Pangkalan Bersama McGuire Dix Lakehurst, NJ, Senin, 27 September 2021. Kamp tersebut saat ini menampung sekitar 9.400 pengungsi Afghanistan dan memiliki kapasitas untuk menampung hingga 13.000 orang.

REPUBLIKA.CO.ID,KABUL—Serangan mengerikan kembali terjadi di Afganistan, kali ini merupakan serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di utara kota Kunduz yang menewaskan sekitar 100 orang, salah satunya Shaia. Bocah 12 tahun itu bersama puluhan jamaah syiah lain yang juga menunaikan sholat Jumat di masjid Gozar-e-Sayed tewas dalam ledakan yang diduga didalangi oleh ektremis Muslim Sunni. 

"Ini sangat kacau sekarang. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan emosi di hatiku,” kata Shuja, kakak Shaia, tepat setelah dia menguburkan jenazah adiknya yang dikutip di New Arab, Ahad (10/10).

Baca Juga

“Ada empat korban dari keluarga kami. Kami tidak tahan lagi. Kami telah hidup selama bertahun-tahun dengan kesengsaraan ini,” ujarnya mencoba mengungkapkan kesedihannya. 

Saat kejadian, pria 19 tahun ini menolak pergi ke masjid untuk sholat Jumat, namun saat mendengar suara ledakan dia segera berlari kesana. Shuja sempat pingsan saat menemukan jenazah adiknya berlumuran darah di antara puluhan jamaah dengan kondisi serupa. 

"Beberapa benar-benar hilang (hancur), dan mereka tidak dapat dikenali. Beberapa mayat tanpa kepala atau lengan," katanya. 

"Saya berharap suatu hari nanti negara saya bisa damai seperti negara lain."

Shaia dimakamkan di Sar-e-Dawara, sebuah pemakaman di tengah gurun, bersama puluhan korban lainnya. Debu bertebangan saat proses penguburan berlangsung. Sekitar 60 hingga 70 orang mengerubungi satu makam dan mengirimkan doa bagi mereka yang gugur. 

Ahmadshah Hashemy, sepupu Shaia yang juga berusia 12 tahun, mengatakan bahwa dia merasa sangat tidak aman. "Ini adalah bencana bagi rakyat kami, terutama bagi Syiah yang menjadi sasaran di bawah pemerintahan yang berbeda," katanya di pemakaman.

Taliban menjanjikan keamanan yang lebih baik untuk semua warga Afghanistan setelah mereka berkuasa pada Agustus, dan Hashemy menduga perubahan baru-baru ini dalam pemerintahan akan membawa keamanan bagi komunitasnya, namun nyatanya tidak.

"Namun sayangnya, kami melihat serangan bom bunuh diri besar ini terjadi dan menargetkan orang-orang miskin kami, generasi muda kami yang tidak terlibat dalam situasi politik apa pun," katanya.

"Mereka hanya orang miskin, mereka hanya warga biasa,” sambungnya. 

Penduduk setempat mengatakan lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 200 terluka parah dalam serangan itu. "Ini adalah kejahatan terhadap anak-anak," kata Hashemy.

"Mereka adalah generasi muda. Beberapa dari mereka berencana untuk menikah, dan beberapa dari mereka berencana untuk melanjutkan pendidikan. Namun sekarang mereka justru dimakamkan di sana," katanya, menunjuk ke kuburan baru disekitarnya. 

"Kita semua manusia, kita punya mimpi. Kami memiliki impian untuk ambil bagian dalam pembangunan masyarakat dan infrastruktur negara kami," katanya.

"Tetapi para pemberontak ini, para penjahat ini, membawa kegelapan ke dalam hidup kita."

Sumber:

 https://english.alaraby.co.uk/news/shia-afghans-despair-they-bury-victims-mosque-attack

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement