Ahad 10 Oct 2021 12:00 WIB

Wahid Fondation Deklarasikan Desa Damai di Tipes, Solo

Kota yang memang ada kasus intoleransi menjadi fokus Wahid Foundation

Rep: binti sholikah/ Red: Hiru Muhammad
Pemerintah Kota Solo bersama Wahid Foundation mendeklarasikan Desa Damai di Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Sabtu (9/10). Kelurahan Tipes menjadi yang pertama mendeklarasikan Desa Damai di Solo.
Foto: istimewa
Pemerintah Kota Solo bersama Wahid Foundation mendeklarasikan Desa Damai di Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Sabtu (9/10). Kelurahan Tipes menjadi yang pertama mendeklarasikan Desa Damai di Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Pemerintah Kota Solo bersama Wahid Foundation mendeklarasikan Desa Damai di Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Sabtu (9/10). Kelurahan Tipes menjadi yang pertama mendeklarasikan Desa Damai di Solo.

Acara deklarasi dihadiri oleh Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, Gibernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Yenny Wahid mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan Wahid Foundation di sekitar Tipes memang pernah ada kasus radikalisme dan intoleransi. Kemudian, Wahid Foundation mencoba masuk untuk membangun kesadaran masyarakat agar menjaga kerukunan.

"Kami menciptakan program-program Desa Damai ini salah satunya untuk memastikan bahwa tercipta ketahanan mental di tengah-tengah masyarakat jadi tidak mudah terprovokasi ketika ada ancaman-ancaman dari luar, ada infiltrasi ideologi-ideologi yang mungkin berbeda dari yang dianut warga, ini bisa diatasi karena warga sudah dikuatkan," kata Yenny kepada wartawan seusai deklarasi.

 

Menurutnya, semua provinsi dan kota-kota yang memang ada kasus intoleransi menjadi fokus Wahid Foundation. Saat ini, sudah ada 30 desa/kelurahan yang menjadi mitra Wahid Foundation tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY. Sebanyak 18 di antaranya telah melakukan deklarasi. Khusus di Solo Raya, sudah ada tiga desa/kelurahan yang mendeklarasikan Desa Damai, yakni di Sukoharjo, Klaten dan Solo.

"Tidak spesifik hanya Solo tapi Indonesia. Tingkat intoleransi di Indonesia memang kecenderungannya sempat menaik, karena itulah kita harus melakukan langkah-langkah untuk mencegah kenaikan intoleransi," imbuh putri Presiden ke-4 RI, almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut.

Wahid Foundation memiliki indokator yang dipakai dalam mengukur intoleransi di suatu wilayah. Indikator tersebut sama seperti yang dipakai oleh lembaga riset internasional untuk mengukur intoleransi.

Dari empat provinsi tersebut, Jawa Barat menjadi yang tertinggi intoleransinya. Sedangkan Jawa Tengah, termasuk Solo justru cenderung lebih landai.

Dia mengakui, di Solo memang sempat terjadi beberapa kali kasus intoleransi. Namun, ukuran yang dipakai secara agregat, bukan hanya satu kasus. Selain itu, kasus intoleransi di Solo belum tentu dilakukan oleh orang Solo.

"Sikap di masyarakat berbeda sekali. Sikap masyarakat Solo rata-rata sangat toleran. Tapi ada peristiwa-peristiwa yang terjadi di Solo yang bisa saja dilakukan oleh orang-orang bukan dari Solo. Harus dibedakan. Tingkat toleransi di Jawa Tengah dan di Solo itu masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lain," ungkapnya.

Yenny menambahkan, desa/kelurahan yang sudah mendeklarasikan Desa Damai akan mendapatkan program pelatihan dari Wahid Foundation. Programnya antara lain mencakup penguatan ekonomi, pelatihan tentang toleransi atau penghormatan terhadap keberagaman, serta ketiga, penguatan peran perempuan. Evaluasi bakal dilakukan terus menerus dengan indikator yang sudah ada.

"Untuk menjadi Desa Damai bisa mendeklarasikan diri juga tidak mudah. Cek dulu indikator-indikatornya, ada komitmen tidak dari pemerintah tingkat desa, perangkat desa dan dari masyarakat. Dari situ kemudiam kita akan bekerja bersama dengan desa untuk semakin menguatkan ketahanan mental," ucapnya.

Nantinya, Wahid Foundation akan mendatangkan para pelatih yang bisa memfasilitasi dialog sesama warga. Selain itu, juga dilakukan role playing atau bermain peran. Warga langsung diajak untuk memahami dan bisa membangun empati, sehingga bisa merasakan penderitaan para korban.

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menyatakan, melalui deklarasi Desa Damai, masyarakat akan merasa aman, bahagia, dan tentram. Sehingga, rasa gotong royong akan kuat sekali. "Kalau desanya damai, mikir pembangunannya gampang," ujar Ganjar.

Ganjar juga berencana mengawinkan program Desa Damai dengan program Desa Inklusif yang dibuat Pemprov Jateng dengan Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) dan Kemendes PTT.

"Kalau itu bisa digabungkan nanti kita tambahi programnya ini. Urusan dengan antarmanusia beres, mereka aman, bahagia, tentram mesti membangunnya enak karena gotong royong akan sangat kuat sekali," kata Ganjar.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, untuk sementara baru satu kelurahan yang mendeklarasikan Desa Damai. Ke depan, akan ditambah lagi. "Yang penting sudah dideklarasikan kampung damai, harapannya tidak ada lagi intoleransi di Kota Solo," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement