Kamis 07 Oct 2021 17:06 WIB

Wisata Borobudur Haram? Ini Penjelasan Tarjih Muhammadiyah

Wisata Borobudur bukan bagian dari ibadah dan pengakuan agama lain

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Wisata Borobudur bukan bagian dari ibadah dan pengakuan agama lain. Ilustrasi wisata Borobudurb
Foto:

Karena itu, menurut dia, tidak ada larangan pula kepada umat Islam untuk berwisata ke tempat-tempat peribadatan non-Muslim, kecuali jika wisata itu dilakukan untuk beribadah. 

Misalnya, ketika berkunjung ke Pura, maka umat Islam tidak boleh mengikuti peribadatan mereka. “Sebab, kalau melakukan peribadatan itu ada tandanya sendiri atau upacaranya sendiri,” jelas Kiai Wawan.

Kiai Wawan menjelaskan, salah satu sebab kesesatan berpikir itu ada dua, yaitu logikanya yang keliru dan referensi yang kurang. Menurut dia, ustadz yang menyatakan wisata ke Borobudur haram itu kemungkinan telah mengalami kesesatan dalam berpikir.

“Gak enak sih mengatakan begitu, tapi sepertinya si ustadz itu begitu. Beliau logikanya tidak lurus, karena tidak bisa memisahkan mana yang muamalah dan mana yang ibadah, dan mana yang aqidah. Kedua, beliau bahannya kurang. Karena, kalau beliau membaca dengan seksama pastilah berendah hati, tidak akan main hantam mengatakan haram,” kata Kiai Wawan.

Dia pun mengimbau kepada umat Islam untuk selalu bersikap moderat dalam beragama dan mempelajari Islam secara utuh. Umat Islam tidak boleh mengharamkan sesuatu yang dibolehkan, dan begitu pula sebaliknya.

“Marilah bersikap yang moderat dalam beragama, dengan cara pelajari seluruh ajaran agama secara utuh, sehingga tidak mengurangi sesuatu dan tidak menambahkan sesuatu. Jangan mengharamkan yang sesungguhnya boleh dan jangan membolehkan yang sesungguhnya tidak boleh,” jelasnya.

Kiai Wawan mengatakan, banyaknya orang yang mudah mengharamkan sesuatu itu justru akan membuat Islam semakin terdiskreditkan. Karena itu, menurut dia, seorang penceramah harus hati-hati dalam menyampaikan ceramahnya.  

“Jadi kesannya Islam itu main haram-mengharamkan saja. Padahal, sesungguhnya yang disampaikan itu sesuatu yang menjadi bagian dari keindahan Islam. Karena, salah satu keindahan Islam itu adalah aspek-aspek universalitasnya yang di antaranya membolehkan berwisata,” ujar Kiai Wawan.

Dia menambahkan, paradigma berwisata dalam Islam itu justru menjadi kekayaan spiritualitas, yang dapat melengkapi keberagamaan dan kepribadian seseorang.

 

“Orang tidak berwisata itu mengurangi hak-hak dirinya. Tapi, sekarang orang yang wisata ke tempat tertentu malah diharamkan, piye toh?,” katanya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement