REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Memahami sejarah Islam dan kehidupan Nabi Muhammad SAW sangat penting bagi setiap Muslim. Karena dengan mempelajari sejarah seorang Muslim bisa memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, memahaminya secara menyeluruh.
Lebih dari itu dengan mempelajari siroh seorang Muslim akan terhindar dari kesalahpahaman terutama dalam memahami teks-teks agama.
Pendakwah yang juga alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Ustadz Abdul Somad mencontohkan tentang fatalnya memahami sebuah ayat dengan tidak memahami sejarah.
Seperti halnya ada orang yang salah dalam mengambil kesimpulan dari ayat 39 surat Al Anfal sehingga berpendapat bahwa Rasulullah menyebarkan Islam dengan membunuh dan perang.
Padahal Rasulullah membangun Islam penuh perdamaian. Bahkan di Madinah umat Muslim hidup berdampingan penuh damai dengan non Muslim.
Rasulullah pun menjamin dan melindungi non-Muslim di Madinah yang mau hidup berdampingan dalam kedamaian. Sementara ayat 39 surat Al Anfal adalah seruan untuk melawan kafir harbi yakni kaum Quraisy Makkah yang memerangi Islam dan ingin membunuh Nabi.
Sebab itu, menurut Ustadz Somad pemahaman keliru terhadap Islam bisa jadi karena tidak mempelajari sejarah. Bahkan menurutnya ketidaktahuan seorang Muslim terhadap sejarah Islam bisa membuatnya termakan isu-isu yang dibuat oleh orang-orang yang memusuhi Islam.
"Mengapa bisa muncul pemahaman yang kacau, itu karena tidak belajar siroh. Jadi dengan membaca sirah itu membentengi diri kita, setelah kita mengerti barulah kita bisa membela Islam. Membela Islam tidak bisa dengan marah mengamuk, tapi dengan merunutkan ini (sejarah)," kata Ustadz Abdul Somad saat mengisi Membaca Sejarah Nabi Muhammad yang diselenggarakan Majalah Mata Air beberapa waktu lalu.
Dengan mempelajari siaoh umat Muslim juga akan mengetahui sebab-sebab turunnya Alquran (asbabun nuzul) dan juga sebab-sebab turunnya hadits (asbabul wurudh). Sehingga dengan itu akan memperoleh pemahaman yang utuh terhadap teks Alquran dan hadits.
Ustadz Abdul Somad mencontohkan terdapat hadits Nabi yang menjelaskan bahwa mayat akan disiksa bila ada anggota keluarganya meratap. Bila seseorang tidak mempelajari siroh maka tidak akan memahami mengapa mayat tersebut mendapat siksa padahal yang meratap adalah anggota keluarganya.
Ustadz Somad menjelaskan berdasarkan sirah, orang-orang jahiliyah mempunyai tradisi mengukur status sosial satu keluarga ketika salah satu anggota keluarga itu ada yang mati.
Ketika masih hidup, orang jahiliyah yang kuat ekonominya akan mewasiatkan pada anggota keluarganya semisal pada anaknya untuk menyewa kelompok meratap yang bertugas untuk meratap ketika dia mati. Maka ketika dia mati, kelompok ratap beserta anggota keluarganya akan meratap sekuat-kuatnya sebagai tanda tingginya status keluarga mereka. Maka dari sirah tersebut dapat dipahami sebab mayit memperoleh siksa.
Begitupun dengan riwayat hadits yang menyebutkan bahwa tidak beruntung kaum bila dipimpin seorang perempuan.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan dalam asbabul wurud dapat di temukan keterangan sejarah bawah pada masa lalu Kerajaan Persia ditinggal mati pemimpinnya.
Kemudian kerajaan itu mengangkat raja yakni anak perempuan yang masih kecil. Padahal pada saat itu Persia tengah bertempur melawan Romawi. Maka dari situ, Rasulullah menjelaskan bahwa kaum yakni Persia tidak akan beruntung atau menang karena dipimpin anak perempuan kecil.
"Dengan belajar sirah kita tidak melepaskan teks dari konteks, belajar sirah mengerti asbabun nuzul ayat dan asbabul wurud hadits, belajar sirah memahami sejarah Islam yang mengitari Nabi," katanya.