Selasa 05 Oct 2021 05:55 WIB

Islam di Korea Selatan, Tampak Damai Tapi Hadapi Islamofobia

Muslim di Korea Selatan sebagiannya juga kerap hadapi Islamofobia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim di Korea Selatan sebagiannya juga kerap hadapi Islamofobia. Ilustrasi Masjid Itaewon Seoul.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Menurut profesor di College of Humanities of Seoul National University, Seong Hae-young, Korea Selatan merupakan salah satu negara langka, di mana orang tanpa agama melebihi jumlah orang beragama. 

Menurut survei terbaru yang dilakukan Kantor Statistik Nasional pada 2015, sebanyak 46 persen orang Korea mengidentifikasi sebagai penganut agama, sementara 54 persennya tidak. 

Baca Juga

Muneer Ahmad (47 tahun), yang menjalankan Islamic Book Center di Yongsan, Seoul, jarang mengalami kebencian atau diskriminasi karena agama atau pakaian keagamaannya selama 20 tahun di Korea Selatan (Korsel).  

Bahkan ketika dia berjalan dalam pakaian keagamaan dengan istrinya, yang mengenakan jilbab, kebanyakan orang hanya merasa aneh. Akan tetapi mereka tidak merasa tersinggung. 

"Ketika saya berbicara tentang budaya atau agama saya, pertama-tama, orang Korea tidak terlalu tertarik karena mereka sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Kedua, ketika mereka mendengarnya, mereka kebanyakan memiliki empati dan kebaikan kepada saya," kata Ahmad, dilansir dari laman Korea Herald pada Senin (4/10). 

Beberapa Muslim lagi yang belajar atau bekerja di sini mengatakan bahwa orang Korea Selatan cukup toleran terhadap agama lain. Masyarakat jarang tersinggung, marah atau terluka dalam kehidupan sehari-hari, karena diskriminasi terhadap keyakinan mereka. 

Namun, ketika melihat lebih dekat, orang Korea Selatan umumnya terpapar media dan budaya Amerika yang didominasi Kristen, masih memiliki bias psikologis terhadap Islam, yang dianut secara luas di Timur Tengah. 

Gambaran paling kuat tentang Arab dan Islam bagi orang Korea Selatan adalah terorisme, perang, konflik, dan bahaya. Hal ini berdasarkan survei yang dirilis profesor Kim Su-wan dari Interpretasi dan Terjemahan Arab di Hankuk University of Foreign Studies. Survei ini dirilis pada 2016, tetapi persepsi tersebut tidak banyak berubah bagi banyak orang Korea Selatan. 

Kim Jae-han (30) yang masuk Islam dari Katolik sekitar dua tahun lalu, tidak pernah diserang secara verbal karena agamanya. Tapi dia bingung setiap kali dia melihat komentar jahat tentang Muslim secara daring. 

"Ketika saya memberi tahu orang tua saya (bahwa saya menjadi Muslim), mereka khawatir pada awalnya.  Mereka bertanya apakah saya terlibat dengan beberapa teroris," kata Kim. 

Namun ketika dia terus berbicara tentang agamanya secara terbuka di saluran YouTube-nya, orang tuanya mulai memahaminya sedikit demi sedikit. 

"Teman-teman saya juga awalnya berpikir itu (agama saya) aneh, tetapi mereka tidak membencinya atau apa pun. Saya tidak pernah benar-benar melihat orang bermusuhan ketika saya mengatakan saya seorang Muslim," kata Kim. 

Kendati demikian apa yang dia lihat secara daring berbeda. "Di internet, saya melihat banyak kata-kata umpatan dan mereka mengatakan Islam itu jahat dan kelompok teroris. Sejujurnya, saya tidak tahu mengapa ada perbedaan besar (antara daring dan secara langsung)," ucap Kim.  

Sementara beberapa Muslim Korea lainnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement