Jumat 01 Oct 2021 20:06 WIB

BPIP: Bung Karno Muslim Paling Berhasil Teladani Rasulullah

Bung Karno berhasil meneladani politik lapangan Rasulullah

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Drs KH Yudian Wahyudi MA PhD.
Foto: BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Drs KH Yudian Wahyudi MA PhD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi menjelaskan, Proklamator Ir Sukarno merupakan Muslim yang paling berhasil meneladani politik lapangan Rasulullah SAW. Menurut dia, Bung Karno bisa memimpin untuk merebut kemerdekaan Indonesia lewat proklamasi tidak berdarah. Dia pun membandingkan apa yang dilakukan Bung Karno dengan Fathu Makkah. 

“Bung Karno itu umat Islam yang paling berhasil meneladani politik lapangan Rasulullah. Nabi Muhammad Fathu Makkah itu revolusi pertama tidak berdarah dalam sejarah. Bung Karno memimpin bangsa Indonesia ini proklamasi tidak berdarah,”jelas Yudian saat menjadi pembicara dalam webinar peringatan 61 tahun Bung Karno yang disiarkan oleh akun Youtube Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia) — sayap keagamaan dari PDIP. 

Selain itu, Yudian menjelaskan, Bung Karno mewujudkan teori politik majemuk atau plural yang pernah dijalankan semasa Rasulullah hidup yaitu Piagam Madinah. Menurut dia, Bung Karno membuat Piagam Madinah menjadi Pancasila. 

 

Lebih lanjut, Yudian menjelaskan, proklamasi kemerdekaan RI juga berdampak pada negara-negara yang berbentuk kesultanan dan kerajaan di nusantara. Menurut dia, adanya proklamasi ternyata mampu membebaskan dan mempersatukan 54 kesultanan dan kerajaan tersebut. “Itu peristiwa tidak pernah terjadi di dalam sejarah kecuali Bung Karno,”jelas dia. 

Prestasi Bung Karno pun dinilai mengungguli negara-negara lain dan para tokoh dunia saat itu. Semisal Gamal Abdul Nasser dari Mesir. Menurut Yudian, tokoh tersebut hanya melawan negaranya sendiri. Begitupun dengan negara adidaya lainnya seperti Amerika Serikat dan Rusia. Mereka mampu merdeka melawan induknya. “Belum pernah ada dalam waktu hanya 59 detik bisa membebaskan dan mempersatukan 54 negara, “jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement