REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --- Kegiatan dakwah Islam di lingkungan perguruan tinggi tengah tumbuh pesat. Bukan saja di masjid kampus, banyak juga mahasiswa yang membuat komunitas untuk tujuan kegiatan dakwah.
Kendati begitu, sebagian pihak masih mengkhawatirkan kegiatan-kegiatan dakwah di lingkungan kampus bisa ditunggangi orang-orang atau kelompok tertentu untuk menanamkan dan menyebarkan radikalisme.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Ahmad Zubaidi berpendapat kegiatan dakwah sejatinya dapat dilakukan di mana pun. Begitupun dengan kegiatan-kegiatan dakwah di lingkungan kampus yang merupakan hal yang sangat baik. Menurut kiai Zubaidi setiap tempat membutuhkan kehadiran seorang dai untuk menyampaikan dakwah Islam.
Namun demikian menurut kiai Zubaidi dalam pelaksanaannya biasanya seringkali persoalan yang muncul adalah ketika dai yang menyampaikan dakwah tidak memiliki wawasan keislaman yang komprehensif dan wawasan kebangsaan. Sehingga tidak mendakwahkan inklusivitas dan kecintaan kepada tanah air.
"Persoalan muncul ketika dai yang hadir ini tidak memiliki wawasan keislaman yang komprehensif dan wawasan kebangsaan. Karena dai yang seperti ini biasanya tidak mendakwahkan inklusivitas dan kecintaan kepada tanah air. Kemungkinan seperti ini dapat terjadi dimana saja bukan hanya di kampus," kata kiai Zubaidi kepada Republika pada Kamis (16/9)
Namun demikian menurutnya kasus dai semacam itu tidak hanya dapat terjadi di lingkungan kampus namun bisa terjadi di mana pun. Karena itu ia mengingatkan agar penyelenggara dakwah penting memperhatikan dai-dai yang akan memberikan dakwahnya.
"Mereka harus mencari dai yang memiliki kompetensi keislaman yang komprehensif dan wawasan kebangsaan. Di antara dai yang sudah memiliki wawasan seperti ini adalah yang sudah mengikuti standarisasi MUI dan juga mengikuti pelatihan pada lembaga yang kredibel," katanya.