Oleh : Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015, KH Dr Asad Said Ali
REPUBLIKA.CO.ID, — Menurut Presiden Amerika Serikat Joe Biden, alasan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan seperti yang dikemukakan secara terbuka adalah penghamburan dana dengan memberikan ilustrasi sehari mencapai 300 juta dolar AS.
Dikatakan pula, adapun dalam rangka kontra terorisme, negaranya akan tetap mempertahankan pasukan dalam jumlah terbatas di kawasan Timur Tengah (Angkatan Laut di Irak ).
Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan dipandang sekutunya sebagai berkurangnya komitmen global dalam memperjuangkan demokrasi dan pluralisme. Dalam persepsi Barat, Imarat Islam Afghanistan bertentangan dengan “agenda terselubung” globalisasi yaitu penyeragaman pluralisme ala Barat (Globalisme ).
Amerika Serikat dan sekutunya menekan suatu negara yang dibantunya dengan mensyaratkan “liberalisasi politik, ekonomi, dan sosial “. Imarat Islam Afghanistan ( IIA ) dilihat dari perspektif Barat merupakan sistem politik yang tidak sesuai dengan kriteria mereka.
Amerika Serikat menyadari, proses demokratisasi yang digelindingkan bersama rezim nasionalis Afghanistan sejak 2001 mengalami kegagalan setelah berlangsung selama 20 tahun. Dan hal ini ,pada hemat saya menjadi salah satu alasan lain dari penarikan pasukannya dan sekali gus melepaskan diri dari jebakan situasi politik keamanan yang diciptakan sendiri.
Adalah suatu ironi memaksakan suatu sistem demokrasi Barat terhadap suatu entitas politik yang selama beberapa abad menjalankan sistem kesultanan yang masih berlaku sampai 1973.