Senin 06 Sep 2021 07:50 WIB

Ustaz Ahmad Hassan: Dari Vulkanisir Hingga Debat Ateis

Kisah hidup Ustaz A Hassan

Ustaz A Hassan, ketua dari kiri
Foto: Wikipedia
Ustaz A Hassan, ketua dari kiri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Budayawan dan Sejarawan Betawi.

Ustaz Ahmad Hassan lahir 1887. Besar di Singapura dan merintis karier di kota ini sebagai jurnalis. Kemudian ia pindah ke Surabaya. Berkat kerabat bernama Bibi Wante, Hassan mendirikan pesantren Persatuan Islam di Bangil. Hassan juga mengasuh majalah Pembela Islam kemudian Al Lisan, di samping menulis banyak buku.

Di zaman Jepang, segala kegiatan dakwah Hassan terhenti. Hassan, selain Surkati, menolak kerja sama dengan penjajah Jepang.  Di masa pendudukan itu Hassan memilih jadi tukang vulkanisir ban.

Hassan menetap di Bandung di zaman merdeka. Diwartakan di tahun 1947 Hassan menjadi menteri agama Kabinet Negara Pasundan. Hal ini saya cek pada Pak Syafii Wirakusuma dari Sarekat Islam. Ia menjawab, "Betul, Saudara. Saya kan menteri sosialnya."

Kantor Kementerian Agama di sebuah rumah kecil di Bandung dengan seorang pegawai. Satu hari tatkala Menteri Hassan di ruang ketja, ia dengar percakapan pegawainya dengan seseorang yang ternyata pastor. Agamawan Kristen itu mau ke luar kota, ia perlu surat jalan yang menjadi syarat di zaman itu. Agamawan harus meminta surat jalan dari Kementerian Agama. 

PNS: Besok saja Tuan Pastor kembali.

Pastor dengan bersepeda tinggalkan kantor.

Menteri Hassan bangkit dari kursi temui PNS.

Hassan: Kenapa Saudara jawab besok saja? Saya di kantor, sebentar diurus beres.

PNS: Maaf saja, Pak Menteri, di kantor-kantor pamarentah upami ada yang minta tolong, jawabnya harus besok sajah, eta mah tos usum, Bapak (itu sudah musim, Pak).

Hassan lari ke jalan mengejar pastor tadi: "Sekarang Tuan, bukan besok," teriak Hassan.

Hassan seorang pendebat tangguh. Entah sudah berapa kali debat terbuka ia lakukan, termasuk dengan Ahmadiyah. Polemik pun sering ia lakukan termasuk dengan Sukarno.

Baca juga : PKB Dorong Diterbitkannya Perpres Dana Abadi Pesantren

Pada awal 1958 Hassan debat dengan penyair Jogya Suradal Mahatmanto. Suradal tak percaya adanya Tuhan. Perdebatan berlangsung di Hotel Yen Pin, Gambir, Jakarta. Teryata ini menjadi debatnya yg terakhir. Hassan wafat akhir 1958 di Bangil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement