REPUBLIKA.CO.ID, Siapa tak kenal sholawat Badr. Di berbagai pehelatan dari pertemuan biasa sampai pertemuan penting, misalnya pelantikan presiden (pertama kali terdengar ketika Gus Dur terpilih jadi presiden di Gedung MPR Senayan) alunan sholat ini terdengar. Bahkan semakin hari semakin riuh dan kian menjadi hal lazim.
Sholawat itu berisi pujian kepada Nabi Muhammad dan para pejuang Islam dalam perang Badar, palagan pertama mempertahankan eksistensi Islam kala Madinah diserbu tentara Qurais. Jumlah pasukan antara kedua kubu itu sama sekali sangat tidak berimbang. Pasukan Islam hanya sekitar 300 orang sedangkan pasukan Qurais lebih dari 1.000 orang.
Peristwa itu sangat menentukan bagi eksistensi Islam. Sampai-sampau Rasullah SAW berdoa khusus agar Allah memberikan perlindungan karena bila saat itu kalah maka Islam akan lenyap dari muka bumi. Pasukan Islam kemudian memenangkan pertempuran, meski harus kehilangan banyak tokoh, seperti paman nabi, UBAIDAH bin Harits. Dia termasuk paman dari Rasululah SAW, saudara sepupu dari ayah beliau, Abdullah bin Abdul Muthalib.
Semangat perjuangan itulah yang dilekatkan dalam syair Sholawat Badr yang ditulis KH Ali Manshur Shiddiq. Sholawat itu kini membahana di mana-mana. Untuk itu wajar bila Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa perhatian khusus. Dia memberikan penghargaan berupa piagam dan lencana tanda kehormatan Jer Basuki Mawa Beya Emas kepada KH. Ali Manshur Shiddiq, sebagai pencipta syair Sholawat Badar. Pemberian penghargaan bertepatan dengan Haul ke 51 KH. Ali Manshur Shiddiq pada 3 September 2021.
Khofifah menjelaskan, Sholawat Badar ini diciptakan KH. Ali Manshur Shiddiq pada 1962 pascadekrit 1959 dan semakin terkenal jelang meletusnya Gestapu di 1965. Dimana pada tahun tersebut situasi politik di Indonesia sedang tidak menentu. Pada peristiwa itu, Sholawat Badar sering dikumandangkan.
Tak hanya itu, kata Khofifah, pada 1998 di saat Indonesia mengalami krisis moneter yang cukup dalam, media elektronik termasuk televisi dan radio-radio juga ramai mengumandangkan Sholawat Badar. Begitu juga dengan para pekerja di perkantoran sudah secara reflek mengumandangkan Sholawat Badar.
"Pada saat negara ini mengalami krisis moneter yang sangat dalam tahun 98-99, rasanya peneduh dan penenang dari suasana yang secara ekonomis kita mengalami krisis yang sangat dalam, adalah lantunan dari Sholawat Badar," kata Khofifah melalui siaran tertulis yang diterima Ahad (5/9).
Sholawat Badar, kata Khofifah, juga merupakan sholawat penyemangat bagi kader NU yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Syair-syair dan doa yang ada pada Sholawat tersebut dapat mendorong kegigihan perjuangan pada saat itu sembari mengharap syafaat Nabi Muhammad dan berkah dari Allah SWT.
"Melalui Sholawat Badar ini pula, semangat perjuangan para santri dan kaum Nahdliyin dapat dikobarkan. Karena selama berjuang melawan pemberontakan waktu itu Sholawat inilah yang selalu dibaca," ujar Khofifah.