REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Wali kota dari 11 kota di Prancis menyatakan siap untuk menampung pengungsi Afghanistan dan mendesak pemerintah untuk menunjukkan solidaritas. Beberapa wali kota yang tergabung dalam partai sayap kiri dan sosialis mengunggah pernyataannya di media sosial untuk menunjukkan solidaritas dan kemanusiaan kepada warga Afghanistan yang menghadapi bahaya dari Taliban.
Unggahan tersebut sebagai tanggapan atas pidato Presiden Emmanuel Macron pada Senin lalu saat dia berbicara tentang perlunya melindungi Eropa dari aliran migran gelap yang berasal dari krisis di Afghanistan.
Pernyataan Macron menimbulkan kecaman dan kritik dari partai-partai kiri dan sosialis. Wali Kota Bordeaux, Pierre Hurmic, mengatakan dia menulis surat kepada kementerian luar negeri dan berkomitmen untuk menyambut beberapa keluarga Afghanistan.
“Kota kami, seperti banyak kota lainnya dimobilisasi dalam upaya solidaritas internasional ini harus dikoordinasikan di tingkat nasional dan Eropa,” kata Hurmic. Sementara itu, Wali Kota Lyon, Gregory Doucet, menyebut kota Lyon yang merupakan kota terbesar kedua di Prancis juga siap menyambut warga Afghanistan yang mencari perlindungan.
“Kami memiliki kapasitas untuk menyambut dengan bermartabat,” tulis Doucet dalam cicitannya. Sementara itu, Wali Kota Nancy, Mathieu Klein, mengaku dia sudah menulis pernyataan kepada Macron tentang ketersediaan wilayahnya untuk menyediakan perlindungan bagi anak-anak, wanita, dan pria Afghanistan.
“Ada kebutuhan mendesak untuk bertindak dan kami secara kolektif memiliki tugas dan sarana untuk melakukannya,” kata Klein.
Baca juga : Dianggap Berkhianat, Foto Ghani Diturunkan dari Kedubes
Wali kota lain, juga mendesak pemerintah Prancis untuk ikut berdiri dalam solidaritas dan membantu para pengungsi Afghanistan, seperti yang dilakukan Wali Kota Paris, Anne Hidalgo. Namun, tidak semua wali kota siap menerima warga Afghanistan.
Dilansir Anadolu Agency, Kamis (19/8), Wali Kota Nice, Christian Estrosi, mengaku pihaknya tidak ingin menerima pengungsi Afghanistan. “Kota kami telah menjadi korban terorisme dalam beberapa tahun terakhir secara signifikan. Mari kita terapkan kebijakan migrasi dengan kuota,” kata Estrosi.
Nice adalah kota yang menjadi saksi dua serangan teror dalam lima tahun terakhir ketika sebuah truk menabrak dan membunuh 86 pejalan kaki di Promenade de Anglais yang merayakan hari Bastille pada Juli 2016. Kelompok teror Daesh mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Beberapa tahun kemudian pada Oktober 2020 tiga orang tewas ditikam di sebuah katedral.