Rabu 18 Aug 2021 16:46 WIB

Mengapa Taliban Wajibkan Pelihara Jenggot dan Pukul Wanita? 

Selama berkuasa Taliban wajibkan pegawai negara pelihara jenggot

Taliban berjaga-jaga di pos pemeriksaan dekat kedutaan AS yang sebelumnya diawaki oleh pasukan Amerika, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 17 Agustus 2021. Taliban menyatakan amnesti di seluruh Afghanistan dan mendesak perempuan untuk bergabung dengan pemerintah mereka Selasa, berusaha meyakinkan penduduk yang waspada bahwa mereka telah berubah sehari setelah kekacauan mematikan mencengkeram bandara utama ketika orang banyak yang putus asa mencoba melarikan diri dari negara itu.
Foto:

Selain mewajibkan orang lelaki berjenggot, departemen yang dipimpin Muazin juga bertugas mengontrol orang-orang agar mereka menjalankan shalat lima waktunya dengan baik. Semuanya tidak lain adalah untuk kebaikan orang itu sendiri. ''Terutama di akhirat kelak,'' kata Muazin.

Kabarnya selain mewajibkan kaum lelaki memanjangkan jenggotnya, pemerintah Taliban juga melarang sejumlah hal yang dianggap bisa merusak keislaman masyarakat. Di antaranya adalah larangan memperingati pergantian tahun, musik, tarian, sampai menaikkan layangan dari atap rumah.

Selain itu, menurut media massa Barat, pemerintah Taliban juga meminta masyarakatnya untuk mencat jendela-jendela rumahnya yang di lantai atas. Kewajiban itu, katanya, diterapkan agar orang tidak bisa melihat ke arah halaman tetangganya.

 

Pukulan untuk perempuan

Tapi agaknya dari semua kebijakan yang dijalankan oleh Taliban, yang dianggap paling parah adalah perlakuannya terhadap perempuan. Berbagai media menyoroti berbagai pembatasan ketat yang dikenakan terhadap kaum perempuannya.

Selain sekolah, kesempatan perempuan untuk bekerja juga dibatasi. Kecuali untuk bidang kesehatan. Seperti juga diterapkan di negara-negara Islam lainnya, perempuan Afghanistan diwajibkan untuk menutup seluruh tubuhnya dengan jubah panjang.

Begitu juga kepala dan wajah. Hanya ada lubang di bagian mata yang terbuka. Jika ada perempuan yang berani melanggar perintah ini dan berjalan di luar rumah, maka polisi susila yang berpatroli di jalan-jalan dengan pick-up terbuka akan segera mencambuknya.

Sebenarnya, kata sebuah sumber di pemerintahan, Taliban juga menginginkan kemajuan bagi perempuan. Segera setelah pemerintah berhasil menemukan cara dan menyediakan fasilitas untuk memisahkan laki-laki dan perempuan yang berkiprah di ruang publik, perempuan boleh berkiprah lagi di luar rumahnya.

Sayangnya, kata sumber itu lagi, pemerintah kurang dana untuk menyediakan itu semua. Dan artinya belum ada kepastian kapan para anak-anak perempuan itu bisa kembali ke sekolahnya.

Sebenarnya pemerintah Taliban sudah menerima tawaran bantuan dari PBB untuk membantu keluar dari kesulitan ekonomi yang kini tengah melilit negeri yang kini dikuasai para mullah tersebut.

Namun sejauh ini mereka masih menampakkan keraguan untuk menerimanya. Kelompok perempuan yang paling menderita karena pelarangan ini adalah para janda dan ibu-ibu yang berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarganya.

 

Menanggapi kesulitan ini banyak lembaga donor internasional yang bersedia memperluas program bantuannya ke Afghanistan. Namun, lagi-lagi, mereka harus berhadapan dengan pemerintah yang agaknya memiliki prioritas lain.   

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement